Kemarin secara tidak sengaja ketemu teman2 lama di fesbuk. Bertegur sapalah kami. Masa berlalu dan kami semua umumnya sudah berubah segalanya. Ada yang dulunya bintang di kelas, kini sudah menjanda beranak karena ditinggal suaminya yang kepincut wanita lain saat jualan sate. Ada yang dulunya idola di kelas, kini rela hidup dengan pria pilihannya yang tidak direstui orang tua yang akhirnya terpaksa harus hidup di rumah jauh di pedesaan untuk memulai usaha baru.
Ada yang sudah jadi ibu haji, ada yang jadi ibu tiri, ada juga yang masih jomblo. Nah, ada yang menarik mengenai panggilan kepada kami semua. Sebenarnya saya lebih nyaman memanggil nama saja tapi sebagian teman2 saling memanggil dengan nama ibu anu, bapak anu.
Yang bikin ketawa itu seorang teman memanggil teman kami yang sudah menjadi haji dengan Ibu Hajjah, sementara sama teman kami yang lain yang dulu emang di kelas suka jadi anak bawang, artinya rakyat biasa (tahu kan jenis murid yang jadi rakyat biasa? maksudnya tidak populer) dipanggil dengan sebutan "Euceu" dalam bahasa Sunda artinya kakak mungkin?.
"Ceu Rani, jadi gimana mau ikut reuni gak?" sapa temanku itu. Yang dipanggil menjawab "Kamu itu rasis, masa panggil yang lain ibu, tapi manggil aku Euceu?" . Saya terperangah dengan jawabannya. Ini anak dulunya pendiam, sekarang berubah ternyata.
Lagian, apa susahnya memanggil ibu saja biar sama? Kan jadi gak enak sudah lama gak ketemu malah jadi tegang begitu.
"Enak aja manggil Euceu, memangnya aku tukang lotek? (sejenis ketoprak)" tambahnya lagi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI