Bersemilah, bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh subur kader PMII
Masa depan kita rebut
Untuk meneruskan perjuangan
Penggalan bait lagu hyme Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini sudah tak asing dimulut dan telinga kader PMII. Lagu ini senantiasa dinyanyikan pada acara-acara formal, terlebih dalam kegiatan pengkaderan baik Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba), Pelatihan Kader Dasar (PKD), maupun Pelatihan Kader Lanjut (PKL).
Setiap kader PMII dibekali Nilai Dasar Pergerakan (NDP) sebagai amaliyah kehidupan berorganisasi dalam sebuah institusi maupun bermasyarakat. NDP Â menghantarkan insan PMII untuk senantiasa tidak berhenti melakukan aksi, reaksi dan refleksi atas nilai luhur Islam.
Pemahaman atas nilai kemerdekaan (al-huriyyah), persamaan (al-musawa), keadilan (al-adalah), toleransi (tasamuh), damai (al-suhth) sebagai esensi ajaran Islam tidak melulu dimaknai dengan embel-embel simbolik, tetapi lebih cenderung substansional.
Selanjutnya, nilai-nilai luhur tadi dijadikan aras berpikir dan bertindak insan PMII Â dalam konteks melakukan hubungan dengan sesamanya tentu atas balutan nasionalisme bernama Indonesia tanpa menafikan perbedaan suku, agama, ras, budaya dan lainnya.
Konsistensi terhadap pemahaman dan aktualisasi ajaran-ajaran agama yang toleran, humanis, anti kekerasan, anti radikalisme dan lainnya menjadi citra diri kader PMII. Hal ini sebagai wujud memahami Islam yang tidak tekstual, tetapi lebih kepada kontekstualnya.
Paling tidak, nilai-nilai tadi menjadi sumber kekuatan ideal-moral dari aktifitas pergerakan insan PMII tanpa berbatas ruang dan waktu. Kemudian, ia menjadi pusat argumentasi dan pengikat kebenaran dari kebebasan berpikir, berucap, dan bertindak dalam aktifitas keseharian dimanapun dan kapanpun.
Islam ala PMII yang berhaluan Ahlu Sunnah Waljama'ah (Aswaja) kemudian dijadikan sebagai manhaj al-fikr (metodologi berpikir) sehingga membentuk karakter kader yang tidak ekslusif (merasa diri paling benar) terhadap yang lain.