Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngalap Ilmu Soedurisme-nya Cak Imin

20 Maret 2018   21:59 Diperbarui: 20 Maret 2018   22:41 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ada kosakata asing ketika penulis membaca judul berita yang disajikan harian Pikiran Rakyat beberapa hari lalu. Tanpa baca isi beritanya, penulis bergumam sendiri sembari menerawang  kata Soedurisme. Nampaknya kata itu kosakata baru yang hinggapi pikiran penulis.

Tanpa sadar, jeda antara baca judul dengan isi berita itu tak secepat ketika penulis baca judul berita lain. Namun setelah baca kontennya, ternyata kata Soedurisme ini merupakan paduan kata Soekarnoisme dan Gusdurisme.

Idiom Soedurisme itu terlontar dari mulut Muhaimin Iskandar alias Cak Imin kala beliau bersilaturahim dan sambangi Kantor Redaksi Pikiran Rakyat sesaat setelah salah satu rangkaian kegiatannya di Bandung usai.

Kata Soedurisme kemudian diteguhkan Cak Imin dengan berziarah ke makam Marhaen di Bandung. Marhaen adalah seorang petani kecil yang kemudian menginspirasi Soekarno dan menyebutkan nama itu dalam pidatonya "Indonesia Mengugat" yang fenomenal itu sebagai perlawanan terhadap penjajah yang telah membuat petani pemilik lahan selalu hidup miskin.

Sebagai orang yang dilahirkan di Pangalengan Kab. Bandung, kata marhaen tidak terlalu asing bagi penulis. Masih terngiang di telinga ini kala kakek dari ayah pernah cerita soal Soekarno dan Marhaen yang lekat dengan sejarah kehidupan masyarakat Bandung Selatan.

Lebih dari itu, ibu kandung penulis lahir di Kampung Pasirkaliki Kec. Cimaung Kab. Bandung yang konon menurut cerita nenek penulis, Soekarno dan Inggit Ganarsih isteri keduanya sering pelesir disana, tak heran bila kala itu masyarakat dirikan tugu untuk kenang keakraban mereka dengan Soekarno, tugu itu hingga saat ini masih berdiri kokoh.

Mang Aen, sebutan lain Marhaen adalah simbol masyarakat Bandung Selatan kala itu yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani meskipun lahan yang dimilikinya tak luas. Tetapi kegigihannya untuk survive(bertahan hidup) mampu menginspirasi Soekarno.

Dari sinilah lahir ajaran Marhaen yang kemudian populer dengan sebutan Marhaenisme, lalu di gelorakan Soekarno dalam perjuangannya membela kaum lemah dan tertindas. Nilai inilah boleh jadi yang ingin diserap Cak Imin hingga beliau ziarahi makamnya.

Kembali pada kata Soedurisme, bukan Cak Imin namanya bila tidak lahir sesuatu yang asing dan baru bagi kebanyakan orang. Ide-ide segar yang lahir darinya penulis kira lebih dari cukup untuk  melengkapi citra beliau sebagai orang cerdas.

Soedurisme bukan hanya kosakata baru bagi penulis, bahkan mungkin bagi masyarakat Indonesia.  Soedurisme sebagai sebuah kerinduan Cak Imin terhadap cara pandang bangsa Indonesia yang hari ini tertutup tirai kepura-puraan.

Perang tanpa sudut yang menjangkiti bangsa Indonesia hari ini sungguh menguras energi yang tidak sedikit. Bila dibiarkan niscaya bangsa ini akan terlepas dari tali ideologinya yang asli, sebagai warisan pendiri negara ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun