Mohon tunggu...
Usamah Abdul Aziz
Usamah Abdul Aziz Mohon Tunggu... mahasiswa universitas muhammadiyah surakarta semester 1 program studi ilmu al-qur'an dan tafsir

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lupakan Hustel Culture: Mengapa Kebiasaan 'Malas Produktif' Justru Kunci Sukses Jangka Panjang

2 Oktober 2025   20:08 Diperbarui: 2 Oktober 2025   20:14 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6970597/anti-gabut-ini-5-tips-jadi-mahasiswa-produktif-selama-di-kampus

ersalah jika tidak bekerja hingga larut malam? Kita dibombardir oleh hustle culture, di mana kesuksesan diukur dari seberapa sibuk dan seberapa sedikit waktu tidur kita. Tapi, kenyataannya, budaya "kerja keras sampai ambruk" itu adalah resep menuju burnout, bukan kesuksesan berkelanjutan. Para pakar produktivitas dan psikolog kini sepakat: kunci untuk benar-benar mencapai output tertinggi adalah dengan menguasai 'Malas Produktif'.

1. Memahami Perbedaan: Sibuk vs. Produktif

Orang yang sibuk mengisi waktu mereka dengan banyak tugas, sering kali yang mudah atau tidak penting, hanya untuk merasa "melakukan sesuatu." Orang yang produktif fokus pada tugas-tugas yang memiliki dampak terbesar dan berani mengabaikan sisanya.

  • Prinsip 80/20 (Pareto): 80% hasil terbaik Anda berasal dari hanya 20% upaya yang paling penting. Malas Produktif berarti fokus menemukan dan menyelesaikan 20% tugas emas itu, lalu bersantai di sisa waktu.

2. Kekuatan Deep Work dan Mindful Breaks

"Malas Produktif" bukanlah bermalas-malasan total; ini adalah malas dalam hal yang tidak penting agar Anda bisa bekerja keras secara intensif pada yang penting. Konsep ini didasarkan pada dua pilar:

a. Deep Work (Kerja Mendalam)

Ini adalah periode kerja yang sangat fokus, bebas dari gangguan notifikasi handphone, email, atau chat. Selesaikan tugas tersulit Anda dalam 1-2 jam deep work, dan Anda akan mencapai lebih banyak daripada bekerja setengah-setengah selama delapan jam.

b. Mindful Breaks (Istirahat Penuh Kesadaran)

Saat beristirahat, benar-benar istirahat. Tinggalkan meja kerja, matikan layar, dan isi ulang energi Anda. Lakukan power nap, jalan kaki singkat di luar ruangan, atau meditasi. Ini adalah investasi energi, bukan pemborosan waktu.

3. Prioritaskan Energi, Bukan Waktu

Kesalahan terbesar hustle culture adalah fokus pada manajemen waktu (bagaimana mengisi 24 jam). Sebaliknya, Malas Produktif berfokus pada manajemen energi (kapan energi Anda paling tinggi).

  • Kenali Prime Time Anda: Apakah Anda lebih fokus di pagi hari? Gunakan waktu itu untuk tugas paling kompleks. Jika energi Anda menurun setelah makan siang, jadwalkan rapat atau tugas ringan di jam tersebut.
  • Energi Terbaik = Output Terbaik: Dengan bekerja sesuai jadwal energi alami tubuh, Anda bekerja lebih sedikit tetapi menghasilkan output yang jauh lebih berkualitas.

4. Berani Katakan "Tidak" (Jurus Paling Malas Produktif)

Jika Anda mengambil setiap pekerjaan, setiap undangan rapat, dan setiap permintaan bantuan yang datang, Anda tidak akan pernah punya waktu untuk pekerjaan Anda sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun