Mohon tunggu...
urwah alwutsqo
urwah alwutsqo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa baruu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Autisme Bukan Musibah, Melainkan Rahmat Lewat Jalan yang Berbeda

14 November 2022   10:52 Diperbarui: 14 November 2022   10:56 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu. Autistic disorder dianggap sebagai early infantile autism, childhood autism, atau Kanner's autism (American Psychiatric Association,2000). Dengan adanya pengertian autism yang ditetapkan oleh APA maka telah kita ketahui bahwa autisme hanyalah gangguan pada interaksi sosial dan komunikasi anak, dan bukan gangguan pada intelektual anak.

Berdasarkan buku milik Dinie Ratri Desiningrum yang berjudul Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, gejala anak dengan autisme adalah dengan ditandai beberapa hal, diantara nya yaitu. Bayi atau balita autis tidak merespon dengan normal ketika di angkat atau di peluk, seperti yang kita ketahui sebagian besar bayi atau balita ketika di angkat maupun dipeluk merespon dengan tersenyum atau tertawa tanda bahwa dia senang, tetapi berbeda dengan anak autis yang cenderung diam saja ketika diberi perlakuan seperti itu. Gejala lain yang dapat dialami oleh anak autis yaitu tidak tersenyum pada situasi sosial, tetapi tersenyum atau tertawa ketika tidak ada sesuatu yang lucu menurutnya. Hal seperti ini adalah hal yang dapat dialami oleh anak penderita autism, karena gangguan interaksi sosial dan ketertarikan yang dimiliki nya.

            Sampai saat ini, ilmuwan belum secara pasti mengetahui apa yang salah pada otak individu autis, penyebab yang baru diyakini adalah adanya gangguan neurobiologis, bukan interpersonal (National Research Council, 2001; Strock, 2004 dalam Hallahan & Kauffman, 2006). Ada bukti kuat bahwa hereditas berperan besar dalam berbagai kasus, namun, tidak ada penyebab neurologis dan genetik tunggal dari kasus autisme. Tetapi faktor hereditas dan biologis dipandang sebagai penyebab autisme (Hewetson, 2002 dalam Hallahan & Kauffman, 2006). Faktor hereditas merupakan faktor bawaan dari orangtua baik fisik maupun psikis sedangkan faktor biologis adalah seperti ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kerentanan terhadap penyakit, kondisi kesehatan kronis, fungsi metabolisme, dan hormon. Selain faktor hereditas dan biologis beberapa hal lain yang dipercaya merupakan penyebab dari autism adalah bayi yang lahir prematur, atau bayi yang lahir dari usia kehamilan yang tua.

                         Berdasarkan buku yang sama, anak autis termasuk dalam kategori anak luar biasa, yaitu anak dengan gangguan sosial dan emosi. Secara fisik anak autis tidak berbeda dengan anak normal. Jika anak autis memiliki intelegensi normal, diharapkan anak dapat mencapai suatu pekerjaan tertentu. Hanya perlu penekanan pada latihan pemulihan fungsi tubuh, penyesuaian atau prevokasional. Sebaliknya jika anak autis memiliki intelegensi di bawah normal, kemungkinan anak kurang atau tidak dapat memiliki vokasional tingkat terampil. Maka dari itu dibutuhkan terapi terapi dan banyak latihan agar potensi anak autis dapat tersalurkan dengan baik. Tidak sedikit tokoh yang mencapai kesuksesan dengan latar belakang autisme, seperti yang sudah banyak kita ketahui contoh nya Albert Einstein, kita semua tahu bahwa Einstein mengembangkan teori relativitas dengan rumus terkenalnya E=MC2. Sebagian besar dari kita bahkan tahu bahwa dia dikenal dan dianggap sebagai salah satu orang berpengaruh dengan ilmunya yang bermafaat bagi orang-orang. Namun tidak semua orang tahu bahwa Einstein termasuk penyandang autisme. Ia dapat berbicara ketika dia berusia tiga tahun. Kemudian dia dapat berbicara dengan lancar secara bertahap. Einstein pun dikenal sebagai orang yang tak dapat melakukan interaksi sosial dengan baik. Salah satu contoh ini bisa menjadi motivasi bagi para orang tua yang memiliki anak autis agar lebih semangat dan lebih giat berusaha demi masa depan yang baik bagi anak.

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun