Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serakahnya Seorang Manusia

19 Januari 2021   16:07 Diperbarui: 19 Januari 2021   16:15 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) makna serakah adalah: selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki; loba; tamak; rakus.

Serakah merupakan sifat tercela yang harus dijauhi. Orang yang serakah selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah dimilikinya. Keinginan tanpa bataslah yang menjadikan sifat serakah semakin menjadi-jadi dan sulit dikendalikan.

Sifat serakah ini memang potensi yang ada dalam diri manusia. Rasulullah Saw pun mengakui bahwa manusia mempunyai sifat ini. Sebagaimana hadits di bawah ini,

Dari Ka'ab bin Mlik Radhiyallahu anhu ia berkata, "Raslullh Saw bersabda, "Dua serigala yang lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tidak lebih merusak dibandingkan dengan sifat tamak manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya."

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2376; Ahmad (III/456, 460); Ad-Darimi (II/304); Ibnu Hibban (no. 3218--At-Ta'lqtul Hisn); Ath-Thabrani dalam Mu'jamul Kabr (XIX/96, no. 189) dan lainnya.

Konon, Nabi Adam As dan Hawa pun dihukum Allah Swt dengan diturunkan dari surga, karena ada sedikit sifat serakah. Yaitu, ketika Iblis merayunya untuk memakan buah khuldi. Dalam rayuannya, Iblis mengatakan bahwa khuldi artinya kekal, sehingga kalau memakannya maka Adam dan Hawa akan kekal selamanya berada di surga. Dan itu yang diinginkan Adam maupun Hawa.

Terbujuk rayuan Iblis dan menginginkan kekal berada di surga, mereka pun memakan buah khuldi, yang jangankan memakan buahnya, untuk mendekati pohonnya saja, Allah Swt sudah melarangnya.

Contoh lain wujud keserakahan manusia, ada dalam diri Qarun. Qarun yang awalnya miskin, curhat kepada nabi Musa As dan minta untuk didoakan agar Allah memberinya harta benda yang sangat banyak. Nabi Musa menyetujuinya tanpa ragu karena dia tahu bahwa Qarun adalah seorang yang sangat saleh dan pengikut ajaran Ibrahim yang sangat baik.

Allah Swt kemudian mengabulkan doa nabi Musa As. Namun sayang, setelah keinginannya menjadi kaya raya terwujud, Qarun mabuk dan terlena dengan kekayaannya. Makin bertambah kekayaannya semakin bernafsu juga untuk menambahnya. Sehingga dia lalai dengan ibadah.

Sosok serakah yang ada di zaman Rasulullah Saw adalah Tsalabah Ibn Hathib al-Anshari. Hampir mirip dengan Qarun, berawal tidak punya apa-apa lalu memohon pada Rasulullah Saw untuk mendoakannya. Bedanya, dalam diri Tsalabah, setelah kekayaannya bertambah, yang muncul adalah sifat kikir, sampai dia tidak mau mengeluarkan zakat. Dan sifat kikir adalah buah dari keserakahan.

Kita semua tahu, akhir yang tragis dari kedua manusia serakah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun