Jadi Sunnatu at-Tadafu' merupakan sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan dunia ini untuk mencegah kerusakan di bumi, sehingga sebagian manusia tidak melanggar hak asasi sebagian yang lain, dan si kuat tidak memangsa si lemah. Jika Sunnatu at-Tadafu' ini tidak ada, maka dunia akan dikuasai oleh hukum rimba.
Hukum Pergiliran (Sunnatut Tadawul)
Ini pembicaraan seputar hukum pergiliran. Ini semacam siklus kehidupan. Bahwa roda kehidupan dunia sepanjang sejarahnya terus berputar tiada henti. Sejarah telah melemparkan manusia ke langit kebesaran, dan sebagiannya dilindas rodanya dengan kejam, kemudian kaidah pergiliran itu berlaku, orang-orang yang tadinya diatas tiba-tiba harus bergelimpangan dibawah, dan mereka yang tadinya berdarah-darah di bawah sekarang berkibar di puncak gunung kejayaan.
Untuk apa?
Apakah untuk menangisi kekalahan, seperti tumpah ruahnya kesedihan para sahabat saat mengalami kekalahan pada perang Uhud dalam bentuk isak tangis dan derai air mata? Padahal Allah swt telah mengingatkan,
"Dan janganlah kamu merasa hina dan bersedih, sebab kamulah yang  lebih tinggi jika kamu beriman. Jika kamu tersentuh kekalahan (musibah), maka luka ( musibah) yang sama juga menimpa kaum yang lain. Demikianlah hari-hari (kemenangan) kami pergilirkan diantara manusia." (QS. Ali Imran: 140)
Berbicara soal sunnatut tadaawul kita teringat dengan kisah Nabi Yusuf as.
Tumbuh dalam dekapan hangat kasih sayang orang tuanya.
Lalu dillemparkan ke dalam sumur oleh sauadara-saudaranya yang memendam bara iri dan dengki.
Kemudian diselamatkan oleh sekelompok orang dan dijual sebagai budak. Ia menjalani masa-masa remajanya di tengah keluarga seorang pembesar Mesir.
Lalu dipenjara karena mempertahankan kesuciannya dari godaan istri pembesar Mesir itu.