Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Sunnah dalam Kehidupan

9 Juli 2020   15:18 Diperbarui: 9 Juli 2020   15:30 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jadi Sunnatu at-Tadafu' merupakan sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan dunia ini untuk mencegah kerusakan di bumi, sehingga sebagian manusia tidak melanggar hak asasi sebagian yang lain, dan si kuat tidak memangsa si lemah. Jika Sunnatu at-Tadafu' ini tidak ada, maka dunia akan dikuasai oleh hukum rimba.

Hukum Pergiliran (Sunnatut Tadawul)

Ini pembicaraan seputar hukum pergiliran. Ini semacam siklus kehidupan. Bahwa roda kehidupan dunia sepanjang sejarahnya terus berputar tiada henti. Sejarah telah melemparkan manusia ke langit kebesaran, dan sebagiannya dilindas rodanya dengan kejam, kemudian kaidah pergiliran itu berlaku, orang-orang yang tadinya diatas tiba-tiba harus bergelimpangan dibawah, dan mereka yang tadinya berdarah-darah di bawah sekarang berkibar di puncak gunung kejayaan.

Untuk apa?

Apakah untuk menangisi kekalahan, seperti tumpah ruahnya kesedihan para sahabat saat mengalami kekalahan pada perang Uhud dalam bentuk isak tangis dan derai air mata? Padahal Allah swt telah mengingatkan,

"Dan janganlah kamu merasa hina dan bersedih, sebab kamulah yang  lebih tinggi jika kamu beriman. Jika kamu tersentuh kekalahan (musibah), maka luka ( musibah) yang sama juga menimpa kaum yang lain. Demikianlah hari-hari (kemenangan) kami pergilirkan diantara manusia." (QS. Ali Imran: 140)

Berbicara soal sunnatut tadaawul kita teringat dengan kisah Nabi Yusuf as.

Tumbuh dalam dekapan hangat kasih sayang orang tuanya.

Lalu dillemparkan ke dalam sumur oleh sauadara-saudaranya yang memendam bara iri dan dengki.

Kemudian diselamatkan oleh sekelompok orang dan dijual sebagai budak. Ia menjalani masa-masa remajanya di tengah keluarga seorang pembesar Mesir.

Lalu dipenjara karena mempertahankan kesuciannya dari godaan istri pembesar Mesir itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun