Mohon tunggu...
Puspita Wasita
Puspita Wasita Mohon Tunggu... -

Alumni Psy U.I -Jakarta Pensiunan PLN Wil 13 Semarang Istri pensiunan PNS Deptan Dirjenkan Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

2 Kepentingan

26 September 2018   04:33 Diperbarui: 26 September 2018   05:22 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi seorang wanita itu dihadapkan kepada dua kepentingan yang bersama sama harus dipenuhi dengan bijak.

Pertama ingin menjadi istri dan ibu yang baik bagi anak anaknya , kedua ingin berperan membantu suami mencari nafkah demi status sosial yang memadai agar anak anak bisa sekolah ditempat yang baik dan mencapai keluarga yang sejahtera.

Bila kita jalani keduanya bersama sama , keduanya tidak akan optimal dicapai. Sehingga ibu mau tidak mau harus memilih salah satu dari peran itu . Bila ibu ingin membantu mencari nafkah maka ibu membutuhkan tenaga bantuan untuk mengatasi urusan rumah tangga dan anak2 , dan akibatnya tanpa disadari anak2 mengapdosi nilai dan norma yang berbeda dari seorang pembantu. Ada pergeseran peran didalam mengurus rumah tangga tersebut.Tanpa disadari  akan muncul berbagai masalah didalam keluarga , carut marut pendidikan , pendidikan sexual yang tidak terarah karena pembantu  membiarkan anak2 balita menonton televisi untuk orang dewasa dsb.

Disini seorang ibu dihadapkan kepada dua pilihan yang dua2nya punya kepentingan didalam kesejahteraan keluarga. Ada jenjang prioritas disini , pilihlah mana yang lebih penting diantara dua yang penting ini. Sangat berat untuk memilih harus kembali kepada awal tujuan hidup kita ini untuk apa ?

Saya akan memberi contoh aktual dari pengalaman  hidup saya . Banyak hal yang harus dipikir keras untuk memilih mana yang terbaik demi keluargaku tercinta. Sebagai seorang istri tentu ingin membangun keluarga yang berkualitas , dengan dua individu ayah dan ibu sebagai SDM didalam keluarga tersebut. Disini tentunya ada komitmen yang harus dijalani bersama.

Sebagai proses pembelajaran berkeluarga , motto learning by doing kami jalankan. Saya dan suami berkerja demi mencapai keluarga sejahtera . Tetapi ketika kami memulai memiliki buah cinta yaitu seorang bayi titipan Tuhan yang harus kami besarkan dengan baik, mulai lah kami berpikir bagaimana bisa membesarkan anak dengan baik tetapi juga bisa mencapai keluarga sejahtera .

Berbagai percobaan kami jalani , kami mencari pembatu rumah tangga yang sedikit berpendidikan , agar dia bisa menularkan hal2 yang positif kepada anak2ku. Tetapi tetap saja namanya pembantu ya mentalnya tetap pembantu. Dia bekerja seperti robot tidak ada rasa tanggung jawab moril kepada anak2ku. Pendidikan agama dan etika sangat kurang , sehingga kami merasa kawatir bila cara ini diteruskan kami akan memiliki anak yang kurang beretika.

Ahirnya kami putuskan setelah lama kami pikirkan sampe matang , saya sebagai ibu dan istri akan beraktivitas dirumah , tugas sangat murni demi keluargaku tercinta. Kendalanya penghasilan berkurang . Tetapi Tuhan Maha Pengasih , tanpa kita perhitungkan rizqi dari tempat yang tidak kita bayangkan datang untuk mengganti kehilangan penghasilanku. SubhanaAllah.

Ahirnya tugas kami sebagai seorang Ayah dan Ibu selesai , bisa mengantarkan anak2 mencapai masa depan yang baik. Terima kasih Tuhan.

Demikian ulasan sekilas dan sangat sederhana , semoga bisa jadi pertimbangan pemikiran dalam kehidupan berkeluarga.

Pesannya : Jangan takut melangkah , selama langkah itu baik , Tuhan akan bersama kita. Aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun