Terkadang, sesuatu yang tak diingini menghampiri. Berharap berlabuh dalam dekapan kebahagiaan. Namun pilu yang dituai. Salah satu contohnya, rumah tangga diterpa badai.
Ini dapat dipastikan tak pernah direncanakan sebelumnya. Kehadiran petaka dalam bangunan keluarga tak dikehendaki.Â
Namun, tanpa permisi, badai itu memporak-porandakan biduk rumah tangga. Jika ini terjadi, tak hanya suami dan istri yang yang disapa derita. Buah hati pun menanggung perihnya luka.
Nah, apakah kondisi yang tak diharapkan seperti ini akan membuat cita seseorang hancur lebur seutuhnya? Coba kita lihat perjalanan tokoh yang satu ini.
Joanne. Gadis kelahiran Inggris ini masa kecilnya tak bahagia. Pasca kematian sang bunda, ia hijrah ke Portugal.Â
Siapa sangka, ia bertemu tambatan hati di sana. Dua insan pun menyatu dalam ikatan janji suci. Berharap berlabuh dalam bahagia setelahnya. Namun duka panjang yang diterima.
Karena persoalan ekonomi yang pelik, si suami acap mabuk dan mendaratkan pukulannya pada Joanne muda.Â
Tak kuat menahan derita, Joanne kembali ke Inggris. Membawa lari bayinya yang masih merah.
Joanne melihat dirinya sebagai produk kegagalan. Kalut dengan perjalanannya yang kelam, ia terjerembap ke lembah depresi dan nyaris bunuh diri.Â
Namun, niat itu diurungkannya. Kala tatapannya tertuju pada Jessica kecil, sang putri tercinta.
Ia lanjutkan tugas mulianya sebagai seorang ibu. Memberikan pola pengasuhan terbaik pada ananda.Â