Metode yang digunakan adalah cepat tidur dan cepat bangun. Hingga kondisi tubuh tetap kuat dan stabil.
Selesai solat Isya, segera terlelap dan bangun pukul 00.30 WIB dini hari.Segera bangkit dari peraduan lalu membuka laptop kesayangan berwarna hitam metalik itu.Â
Penulis mulai menuangkan barisan kata yang berjejalan di kepala yang mengalir deras menjadi sebuah prasa.
Ketika rasa kantuk kembali mengintai, aktifitas bergerak pun dilakukan. Yakni menguras bak mandi. Tempat penampungan air menjadi bersih, mata kembali terbuka lebar.Â
Untaian kata terus belanjut. Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.30 WIB.
Penulis bangkit lalu berwudhu. Memberikan hak Sang Pencipta sekaligus merengek manja agar dianugrahi lautan ilmu yang bermanfaat.Â
Selesai melakukan aktifitas spiritual ini, penulis berencana ingin melanjutkan bercengkrama dengan komputer mini tempat menuangkan ide-ide.
Namun kelopak mata kembali memberat. Enggan menyerah dengan keadaan, mandi dan keramas menjadi pilihan terbaik walau suhu sangat dingin saat itu.
Kesegaran menyelimuti. Ruang imaji pun terbuka lebar. Rangkaian kata kembali meluncur.
Singkat cerita, seharian itu penulis benar-benar  hanya tidur tiga jam saja. Siangnya kembali beraktifitas seperti biasa. Tak terlintas rasa kantuk sama sekali.Â
Namun hari berikutnya, karena baru bisa terlelap hampir dini hari penulis hanya mampu bangun pukul 04.00 wib pagi. Tak ada satu tulisan pun yang hadir dalam layar komputer.