"Sengaja saya mengambil lakon sejarah Raja Negeri Kahuripan. Saya rasa mahasiswa baru, warga Umsida, juga seluruh masyarakat Sidoarjo hendaknya tahu bahwa nenek moyang mereka adalah Raja Airlangga pemimpin besar Kerajaan Kahuripan," terang Joko.
Menurut pembina UKM teater Gedhek tersebut, saat ini orang-orang seperti sudah terdoktrin bahwa Sidoarjo adalah penerus Kerajaan Jenggala.
"Padahal, Jenggala adalah negeri yang kalah ketika Kahuripan dibagi dua, yaitu Jenggala dan Kediri. Kita harus memandang jauh ke belakang yang lebih besar, yaitu Kahuripan," jelasnya.
Kolaborasi Warga Umsida
Drama kolosal Singgasana Fortama Maharaja Kahuripan ini disutradarai oleh Muhammad Faishal Azami.
Drama yang disutradarai oleh Muhammad Faishal Azami ini menghadirkan tokoh-tokoh penting seperti Banna Nidham Ulhaq sebagai Prabu Erlangga, Muhammad Sonhaji dan Tarikh Bima Damarjati sebagai prajurit, Noer Putri Alisya Setiawati dan Inez Julia Dewi Ratnanegara sebagai dayang, serta narasi dari Ida Kumala Sari dan Akbar Wiguna.
Drama ini dinaratori oleh Ida Kumala Sari dan Akbar Wiguna. Sedangkan Zyahdo Nikri Jofalo sebagai artistik.Â
"Selain pemeran utama, ada pemain-pemain kolosal yang melibatkan pelbagai UKM dan Ortom di Umsida," ujarnya.
Ashafillah Yunanegara selaku ketua umum Teater Gedhek Umsida memberikan tanggapannya terkait pertunjukan ini.
"Pertunjukan kolosal ini dapat menjadi gambaran kemegahan Raja Erlangga dengan negeri besarnya Kahuripan," tuturnya.
Ia dan tim Teater Gedhek menampilkan monolog musikal yang mengkolaborasikan antara teater, musik, paduan suara, dan juga UKM Lingkar Studi Mahasiswa Kreatif (LSMK).
Menurutnya, pengenalan organisasi di Umsida tak hanya berupa orasi seperti di tahun-tahun sebelumnya. Jadi pagelaran ini lebih bisa menarik perhatian mahasiswa baru.