Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Anak Prematur

11 Desember 2022   09:19 Diperbarui: 11 Desember 2022   09:22 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Ma'e. Perempuan yang dulunya ringkih karena dilahirkan prematur dan  saat masih anak-anak sering ke luar masuk RS William Booth  Surabaya karena penyakit yang ia derita  itu, kini menjadi sosok perempuan "single parent"  yang hebat.  Setidaknya di mata anak-anaknya.  Bukan karena Ma'e pernah meraih predikat  "Ibu Teladan" versi sebuah majalah muslimah di Jakarta pada tahun 2000,  melainkan  karena Ma'e telah berhasil mengantarkan anak-anaknya menjadi guru-guru Al-Qur'an dan  menempuh studi hingga perguruan tinggi dalam keterbatasannya. Apa rahasianya?

Sejak gadis Ma'e mempunyai keinginan untuk menjadikan rumahnya tidak hanya sebagai tempat  tinggal tetapi juga sebagai mihrab dan kantornya. Dengan kata lain Ma'e bersemboyan "Rumahku Mihrabku Kantorku."

Ada tiga alasan utama mengapa Ma'e mencetuskan semboyan itu. Pertama, karena  dalam ajaran Islam sebaik-baik wanita adalah yang banyak tinggal di rumah sebagaimana firman-Nya berikut ini, "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang jahiliah dahulu dan laksanakan sholat, tunaikan zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa-dosa dari kamu, wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya"  (Al-Ahzab: 33)

Berdasarkan ayat itulah maka setelah lulus dari fakultas psikologi dan menikah, Ma'e ingin menjadi ibu rumah tangga yang banyak tinggal di rumah.

Kedua, Ma'e adalah pengagum berat Maryam binti Imran, bunda Isa  Alaihisallam, wanita pilihan-Nya dan sekaligus gadis suci yang namanya diabadikan dalam Al-Qur'an. Gadis yang suka menghabiskan waktunya di mihrab itu memberi Ma'e inspirasi untuk menjadikan sebuah sudut kamar di rumahnya sebagai mihrab.

Ketiga, kondisi fisik Ma'e relatif lemah. Saat Ma'e dilahirkan, usia kandungan ibunya masih delapan bulan dan Ma'e lahir dengan berat 2 kg. Jadi ia tergolong bayi prematur. Ketika memasuki masa anak-anak, Ma'e sering ke luar masuk rumah sakit William Booth Surabaya karena terserang penyakit. Setelah baligh Ma'e sering terserang penyakit typhus beberapa kali  sampai hampir mati karena perdarahan dalam _traktus gastrointestinum._ Mengingat riwayat penyakit  yang pernah Ma'e derita itu maka  Ma'e  memutuskan untuk banyak tinggal di rumah.

Seiring dengan berjalannya waktu, semboyan  "Rumahku mihrabku kantorku"  akhirnya menjadi mimpi Ma'e. Mimpi yang mirip dengan janji hati itu berusaha Ma'e wujudkan setelah Ma'e menikah.

 "Qodarullah" setelah  menikah,  penghasilan suami Ma'e sebagai guru swasta minim sekali. Sehingga Ma'e mau tak mau   ke luar rumah untuk mencari tambahan penghasilan. Tentu saja Ma'e meminta izin kepada suaminya terlebih dahulu. Dan Ma'e memilih pekerjaan yang tak mengganggu profesi utamanya sebagai ibu rumah tangga, misalnya dengan menjadi guru TK di dekat rumah. Singkat cerita, karena Ma'e bekerja di luar rumah maka otomatis Ma'e mengingkari janji hatinya untuk menjadikan rumahnya sebagaimana semboyannya "Rumahku mihrabku kantorku."

Sekian tahun berlalu. Karena suatu alasan, Ma'e berhenti menjadi guru TK dan berusaha mencari tambahan penghasilan di rumah saja. Misalnya memberi les privat, berjualan  madu dan pisang ketika pohon pisang di halaman rumahnya  panen. Penghasilannya memang tidak seberapa. Meskipun demikian, Ma'e bersyukur  bisa menjadikan rumahnya sebagaimana semboyannya:  "Rumahku Mihrabku Kantorku".

Rumahku adalah  tempat Ma'e tinggal bersama keluarganya. Rumah Ma'e tergolong rumah  kontrakan sederhana. Masih berlantai ubin. Dapurnya sebagian  berlantai tanah. Meskipun demikian,  Ma'e berusaha menciptakan lingkungan rumah yang nyaman dan asri. Misalnya,  menanam tanaman hortikultura, mengecat sebagian dindingnya dengan warna biru dan menempeli dindingnya dengan lukisan flora karya Ma'e. Sehingga Ma'e dan keluarganya betah berteduh di dalamnya.

Rumahku adalah mihrabku. Menurut KBBI, mihrab adalah tempat khusus untuk beribadah kepada-Nya. Ma'e membuat mihrab di salah satu sudut kamarnya. Mihrab adalah tempat favorit Ma'e. Karena, di mihrab itu Ma'e bisa beribadah sepuasnya. Melakukan berbagai aktivitas hanya untuk meraih cinta-Nya semata. Berlama-lama berkhalwat dengan-Nya lewat salat. Bermanja-manja dalam dekapan-Nya lewat  dzikirullah. Berinteraksi dengan-Nya lewat membaca ayat-ayat cinta-Nya. Hingga Ma'e lupa pada hal-hal yang menyesakkan dada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun