Mohon tunggu...
Ummu Fathur
Ummu Fathur Mohon Tunggu... Guru - Mencerdaskan

Mendidik mencerdaskan umat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Smartphone Oh Smartphone"

12 Mei 2018   12:31 Diperbarui: 12 Mei 2018   12:45 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jaman sekarang, smartphone sudah menjadi kebutuhan. Bahkan bisa dikatakan ia menjadi bagian dari yang tak terpisahkan dalam hidup. Kemanapun orang pergi, pasti membawa smartphone. Tak bisa dipungkiri, smartphone memang telah menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam melaksanakan kewajiban. 

Kini, kita bisa membuat tugas dengan menggunakan smartphone, ikut kajian pakai smartphone, jualan pun dengan smartphone. Luar biasa bukan manfaatnya. Namun, dibalik berbagai manfaatnya itu, tersimpan bahaya yang sudah bisa dilihat sekarang. Kecanduan smartphone.

April tahun 2017, seorang remaja berumur 13 tahun yang tinggal di Amerika, terpaksa masuk panti rehabilitasi karena sangat ketergantungan pada smartphonenya (liputan6.com, 17/4/2017).

 Poli jiwa RSUD Dokter Koesnadi, Bondowoso sejak Desember lalu merawat dua pasien kecanduan smartphone alias ponsel pintar. A berusia 17 tahun dan H 15 tahun berstatus pelajar dari sebuah SMP dan SMA di Bondowoso (liputan6.com, 18/1/2018). 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) beberapa waktu lalu telah membuka layanan pengaduan bagi anak yang diduga kecanduan gadget (gawai). 

Komisioner Bidang Pornografi dan Cybercrime KPAI Margaret Aliyatul Maimunah mengatakan, baru dua hari layanan tersebut dibuka, KPAI sudah menerima sekitar 10 laporan anak kecanduan gadget (kompas.com, 23/1/2018). Mengerikan, bukan? Kalau sudah begini, mau tak mau kita harus evaluasi, kenapa semua ini bisa terjadi.

Bukankah anak peniru yang ulung? Ketika anak keranjingan smartphone, yang pertama kali harus dievaluasi adalah orangtuanya. Seberapa sering interaksi orangtua dengan smartphone, dan bagaimana kabar interaksi orangtua dengan anak-anaknya? Kini banyak dijumpai orangtua yang tidak ingin terganggu waktunya bersama smartphone, hingga anak-anaknya diberikan apa saja yang membuatnya 'anteng', termasuk memberikan smartphone kepada sang anak. 

Vivid Sambas, hypnotherapist and trainer, mengatakan jika anak-anak dibiarkan tanpa pengawasan dan bimbingan saat menggunakan smartphone, maka bisa menimbulkan kecanduan (jawapos, 21/1/2018). See? Atau kalaupun tidak sampai kecanduan, maka anak-anak akan berperilaku buruk untuk meminta perhatian orangtuanya yang asyik sendiri dengan gadgetnya.

 Sebagaimana penelitian terbaru yang dilakukan peneliti University of Michigan di C.S Mott Children's Hospital dan diterbitkan di jurnal Child Development menemukan bahwa perilaku anak yang buruk berhubungan dengan waktu yang dihabiskan orangtua untuk main gadget (vemale.com, 5/6/2017).

Saya yakin, tidak ada orangtua yang ingin anaknya berperilaku buruk, atau ingin anaknya jadi pecandu smartphone. Namun, sayangnya keinginan ini jauh dari langkah real, bak api jauh dari panggang. Ingin anaknya sholeh, tapi belum mau menyolehkan diri. Ingin anaknya rajin ibadah, tapi melaksanakan yang wajib pun masih berat. Gemes jadinya. Haruskah menunggu anak kita sendiri yang jadi korban kecanduan ini? Nau'dzubillahi min dzalik, ya Rabb.

Semoga para orangtua segera sadar, peran pentingnya yang tak tergantikan dengan siapapun dan benda apapun. Dan di yaumil hisab pun, Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada orangtua, bukan yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun