Mohon tunggu...
Ummu Fathur
Ummu Fathur Mohon Tunggu... Guru - Mencerdaskan

Mendidik mencerdaskan umat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Neraka di Bumi Suriah

13 Maret 2018   08:55 Diperbarui: 13 Maret 2018   09:08 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terorisme mana yang lebih besar dari membunuhi penduduk sipil dengan segala macam senjata? Ini bukan peperangan, lebih tepat jika dikatakan kalau ini adalah pembantaian.

Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, Jumat (23/2), mengatakan, Rusia dan Iran membiarkan Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan kekejaman terhadap warganya. Komentar Tusk ini berkaitan dengan serangan militer Suriah ke Ghouta timur dalam beberapa hari terakhir dan telah menelan sekitar 400 korban jiwa. "Rezim Assad secara kejam menyerang pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah. Para pendukungnya, yakni Rusia dan Iran, membiarkan ini terjadi," kata Tusk setelah menggelar pertemuan dengan para pemimpin Uni Eropa di Brussels, Belgia, dikutip laman Anadolu Agency.

Lalu bagaimana dengan pemimpin negeri muslim lainnya? Bagai macan ompong, tak berani melakukan hal yang mampu menghentikan kekejaman ini, mereka hanya mengecam bahkan ada yang diam seribu bahasa. Padahal warga Suriah sudah bertahun-tahun mengalami kebrutalan ini dari pemerintahannya sendiri. Dan kini Suriah sudah seperti neraka, yang tersisa hanya rasa takut, kesakitan dan jerit teriakan yang memilukan.

Rakyat Suriah adalah kaum muslim, dengan tali satu aqidah, mereka adalah saudara kita. Namun sayang, tak banyak yang bisa kita lakukan saat ini kecuali berdoa dan memberi bantuan melalui lembaga-lembaga penyalur bantuan. Walau itu tak cukup untuk menghentikan pertumpahan darah di Ghouta. 

Mereka membutuhkan solusi yang akan mengakhiri semua penderitaan mereka selama ini, yakni menghentikan tingkah rezim Assad dan sekutunya. Adakah yang berani? Sungguh, jika iman telah menghujam ke dalam dada penguasa muslim. Tak pantas bagi mereka hanya duduk manis diam seribu bahasa melihat neraka dunia ini. Mereka seharusnya bersegera mengirimkan bantuan militer, disamping bantuan pakaian, obat-obatan, makanan. Karena rezim Assad tak kan berhenti melakukan pembantaian dengan pengiriman bantuan pakaian, obat-obatan, juga makanan.

Sayangnya, sekat nasionalisme telah membentengi ini. Dengan alasan ini urusan negeri orang, maka engganlah muslim di negeri lain memikirkannya, enggan pula bersusah payah membantunya.

Tentu lain cerita jika ini terjadi ketika islam diterapkan dalam sistem kehidupan. Dengan landasan keimanan dalam segala aspek kehidupan. Penguasa takkan takut dengan manusia, hanya takut pada Allah dan hari pertanggungjawaban. Sehingga mereka akan menjadi garda terdepan menjaga kemuliaan rakyatnya. 

Tercatat dalam sejarah, Rasulullah saw mengusir satu bani Yahudi karena satu muslimah dilecehkan dan satu orang muslim meninggal. Khalifah Al Mu'tashim billah pun mengerahkan semua pasukannya demi satu muslimah yang dilecehkan. Sungguh, kerinduan tiada tara akan masa-masa itu. Masa dimana penguasa bersungguh-sungguh melindungi umat. Rindu ketika iman menghujam dan kehidupan diatur dengan aturan Islam. Semoga saat itu akan segera kembali.

By. Ummu Khawla

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun