banjir bandang yang menghanyutkan harta sekaligus jiwa. Ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga, sudah tertimpa musibah pandemi covid-19 eh ditambah lagi sama banjir.Â
Satu per satu ujian datang menerpa Indonesia mulai dari pandemi covid-19 yang merenggut jutaan jiwa. Hingga sekarang malah ditambah musibahDilansir dari KOMPAS.com (24/9/2020) danjir bandang menerjang beberapa wilayah di Sukabumi, Jawa Barat, Senin (21/9/2020) sekitar pukul 17.00 WIB.
Peristiwa tersebut terjadi saat sejumlah daerah di Sukabumi diguyur hujan dengan intensitas tinggi beberapa jam. Hingga Selasa (22/9/2020), setidaknya 11 desa dan 11 kampung yang terdampak.Â
Masing-masing yakni, Kecamatan Cicurug meliputi Desa Cisaat (Kampung Cipari), Pasawahan (Cibuntu), Cicurug (Aspol), Mekarsari (Kampung Nyangkowek dan Kampung Lio) dan Bangbayang (Perum Setia Budi). Kecamatan Parungkuda meliputi Desa Langensari (Kampung Bojong Astana) dan Kompa (Bantar). Kecamatan Cidahu yakni Desa Babakanpari (Kamping Bojong Astana), Podokkaso Tengah (Bantar), Jayabakti (Cibojong) dan Cidahu. Selain itu, 133 kepala keluarga (KK) atau 431 jiwa terdampak banjir bandang.
Sementara itu, kerusakan akibat banjir bandang mencakup rumah rusak berat 47 unit, rusak sedang 41 dan rusak ringan 45.Â
Menyihir  CoronaÂ
Seakan protokol kesehatan itu sudah tidak diaggap sakral lagi. Bahkan peti mati yang digotong ramai-ramai oleh gugas covid-19 hanya jadi tontonan masyarakat semata.Â
Mau bagaimana lagi, saat genting seperti ini tentunya tidak mudah melakukan praktek protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Apalagi saat masyarakat berada di pengungsian yang mencakup ribuan pengungsi di sana. Tentunya sangat rentan terjadi penularan covid-19 yang gencar menghantui.Â
Minimnya fasilitas kesehatan misalnya tempat cuci tangan, sabun, dan lain lain juga dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Mereka beralasan tak bisa cuci tangan karena nggak ada air dan sabun. Inilah yang akan menjadi sorotan publik.Â
Ada yang pro dengan keadaan genting dan darurat tersebut. Namun, ada juga yang kontra karena menganggap protokol kesehatan itu hal mutlak yang wajib dipatuhi. Jika masyarakat dibiarkan tanpa adanya sosialisasi, maka kira-kira akankah klaster penularan covid-19 semakin tinggi?Â
Faktor penyebab banjir