Berbeda dengan manusia modern Indonesia, manusia purbaraya Nusantara jauh lebih mengerti dirinya sendiri. Sebagai manusia sebagai mahluk semesta.Â
Manusa modern Indonesia sebutlah yang hidup dan lahir sejak tahun 1980an mayoritas hampir pasti tidak mengenal pembagian waktu Leluhurnya. Apakah Leluhur bangsa pulau Jawa atau luar pulau Jawa. Hal ini terjadi karena akar budaya Nenek Moyang-nya tercerabut.Â
Sebagai bangsa terjajah Indonesia mengalami "Paling tidak 3 cara membuat orang-orang/Bangsa/Kaum menjadi lemah DAN terjajah: 1.Kaburkan sejarahnya; 2.Hancurkan bukti-bukti sejarah sehingga tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya; 3. Putuskan hubungan mereka dengan Leluhur.Â
Sejarah bangsanya sendiri nenek moyangnya sendiri tidak banyak diketahui terlebih kondisi terkini deDngan maraknya pemuliaan ajaran dari luar wilayah Indonesia.
Di antara berbagai jejak kearifan leluhur dalam menuntun kehidupan adalah penanda dan pembagian waktu. Waktu Lahir, Waktu Menikah, Waktu Meninggal dan waktu menjalani kehidupan. Penanda waktu dalam kehidupan modern semata-mata bermakna usia/ umur. Lama waktu hidup.Â
Padahal dalam tradisi kuno bangsa Nusantara penanggalan dan penanda waktu adalah kemenyatuan pada semesta. Penghormatan manusia dan semesta (alam raya dan isinya, living thing dan non living thing) untuk dapat hidup di bumi secara sejahtera dan bahagia.
Di dalam dunia modern Indonesia, tanggal lahir dan tempat lahir bermakna adminstrasi, penanda usia guna mengukur jatah produktifitas (usia pensiun) atau usia boleh merokok, minum alkohol atau menikah. Bisa disimpulkan penanggalan melekat pada manusia itu lebih bersifat internal terkait hak yang diberikan pihak eksternal (Negara). Padahal penanggalan jauh lebih luas dan bermakna bagi manusia dan alam semesta.
Bila di dalam penanggalan biasa (umum) 7 hari senin, selasa, rabu, kamis, jum'at, sabtu dan minggu saja, tanpa ada penanda yang terkait roda laju alam semesta. Roda laju alam semesta seperti posisi bulan, posisi matahari, arah mata angin, suhu udara dan posisi bintang-bintang, juga terkait posisi tersebut melekat dewa-dewi penggiring atau penguasanya...Di dalam penanggalan Jawa-Bali ada, juga dalam penanggalan kuno astrologi barat...
(bersambung)