Mohon tunggu...
Umi Farisiyah
Umi Farisiyah Mohon Tunggu... Guru - A mother of three and long life learner

Akun ini dibuat untuk membagikan hasil pemikiran dan juga pengalaman selama saya menempuh pendidikan magister dan doktoral

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat Metode Pembelajaran Terbaik dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

21 Januari 2021   08:14 Diperbarui: 21 Januari 2021   08:17 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa Metode Pembelajaran Terbaik dalam Mempelajari Bahasa Inggris?

Ahli Bahasa, berdasarkan atas data dari penelitian akademis, sepakat bahwa tidak ada satu metode pembelajaran yang terbaik untuk semua siswa dalam semua konteks dan lebih unggul dari yang lain (Taylor, 2014). Dengan kata lain, tidak akan mungkin bagi pendidik untuk mengapliksikan metode pengajaran yang sama untuk semua siswa yang mana mereka pun memiliki tujuan, lingkungan dan kebutuhan yang berbeda. Yang paling penting dan perlu menjadi perhatian adalah bagaimana para pendidik Bahasa Inggris dapat menerapkan metode pengajaranyang sesuai dengan tujuan, gaya belajar dan konteks para siswa.

Untuk memahami lebih jauh tentang perkembangan metode pembelajaran Bahasa Inggris, berikut disajikan linimasa perkembangan pengajaran Bahasa Inggris yang mana berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Inggris.

Gambar di atas adalah gambar linimasa perkembangan metode pembelajaran Bahasa Inggris di Dunia, termasuk Indonesia. Jika menurut gambar di atas, metode pembelajaran Bahasa Inggris yang paling awal digunakan adalah metode Grammar Translation Method (GTM). Metode ini banyak digunakan pada tahun 1900an sampai 1970an, popular hingga thaun 1940an dan setalahnya digunakan terbatas di wilayah-wilayah tertentu saja. Di tengah kepopuleran penggunaan metode GTM, metode pembelajaran lain yaitu Direct Method/DM (Metode Langsung) mulai muncul pada tahun 1910 dan banyak digunakan hingga tahun 1930, dan hingga tahun 1950an tetap digunakan namun terbatas. Ketika GTM sudah mulai jarang diaplikasikan dan DM sudah tidak lagi digunakan muncullah satu metode baru yaitu Audio-Lingualism (AL) yang popular pada tahun 1950-1970an, walaupun keberadaannya tercatat mulai dari tahun 1940-1980an.

Seiring berjalannya waktu dan teknologi, metode pembelajaran pun mengikuti. Setiap metode yang satu dengan yang lain bukanlah menghapuskan, melainkan melengkapi. Pada tahun 1970an, Setelah GTM tidak lagi digunakan dan AL sudah mulai terbatas penggunaannya, lahirlah tiga metode pegajaran yang banyak digunakan dalam waktu yang bersamaan, yaitu The Silent Way (SW), Total Physical Response (TPR) dan Community Language Learning (CLL). Ketiganya booming dalam periode waktu yang sama. Untuk SW dan CLL langsung terkenal dan banyak diaplikasikan dalam 1o tahun setelah keumb]culannya dan setelah itu hilang, namun untuk TPR masih digunakan hingga tahun 2000an. Kemunduran ketiga metode pembelajaran Bahasa Inggris ini dikarenakan kemunculan satu metode baru yaitu Suggestopedia (1975-1980) dan digantikan dengan Communicative Language Teaching/CLT (1980 sekarang). CLT banyak digunakan hingga tahun 2000an, dan semakin ke sini metode CLT digantikan dengan Principled Ecleticism (PE) yaitu pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang mencoba menyesuaikan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan peserta didik sesuai dengan tujuan, gaya belajar dan konteks mereka, bukan peserta didik yang disesuaikan dengan metodenya.

Demikianlah perkembangan metode pembelajaran Bahasa Inggris menurut TJ Taylor. Selanjutnya, jika kita asosiasikan setiap metode yang ada dengan teori pembelajaran, apakah perkembangan metode pembelajaran Bahasa Inggris ini sudah sesuai dengan teori pembelajaran yang ada, kearah yang lebih baik, atau justru mengalami kemunduran. Jika dilihat dari visi metode dan fokus pengaplikasiannya, maka metode yang paling tepat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah Ekletisisme berprinsip/ principled eclecticism. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang diusung dalam Kurikulum 2013 yang mengusung tema student-centered/berpusat pada siswa, sehingga pemilihan metode pembelajaran yang digunakan harus menunjukkan keaktifan siswa dalam belajar dan menstimulasi siswa untuk melakukan konstruksi atas pengetahuan yang dipelajarinya (Trisdiono, 2015).  Selain itu, pembelajaran yang digadang-gadang pada kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang bermanfaat atau meaningful learning. Dua poin tersebut termasik dalam butir Standar Kompetensi Lulusan yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006. Dan pembelajaran yang bermanfaat adalah salah satu teori pembelajaran yang diusung oleh David Paul Ausubel.

Berikut akan dibahas lebih rinci tentang keterkaitan metode pembelajaran Ekletisisme berprinsip (principled eclecticism) dengan teori pembelajaran bermakna (meaningful learning) Ausubel.

David Paul Ausubel adalah seorang pelopor aliran kognitif yang mengungkapkan tentang teori pembelajaran bermakna. Yang dimaksud pembelajaran bermakna adalah proses pembelajaran yang mengaitkan konsep baru yang dipelajari dengan konsep yang relevan yang sudah ada pada struktur kognitif seseorang (Dahar: 1996). Jika ditarik dalam pembelajaran Bahasa Inggris berarti proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan mengaitkan informasi-informasi baru dalam Bahasa Inggris yang sedang dipelajari dengan hal-hal di sekitar atau yang sudah pernah dialami atau dihadapi siswa.

Metode pembelajaran Bahasa Inggris secara bermakna dengan menggunakan Eklektisisme berprinsip adalah dengan menyesuaikan teknik dan materi pembelajaran Bahasa Inggris supaya dapat sesuai dengan tujuan dan kebutuhan siswa serta dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari siswa. Dalam penyesuaian teknik pembelajaran metode eklektik berprinsip ini menggunakan beberapa metode pembelajaran Bahasa Inggris yang sudah ada yang koheren, plural dan dibutuhkan (Larsen-Freeman, 2000, dan Mellow, 2000 & 2002). Metode-metode yang digunakan tidak selalu memiliki kesamaan, biasanya setiap metode memiliki karakteristik yang berbeda dengan landasan asumsi yang juga berbeda.

Berdasarkan pandangannya tentang pembelajaran bermakna, maka David Ausuble mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:

1. Pengatur awal (advance organizer)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun