Mohon tunggu...
Umar Khayam
Umar Khayam Mohon Tunggu... Penulis

Seseorang pembelajar. Kegiatan saat ini selain menulis juga berprofesi sebagai coach dan terapis energetik dengan modalitas Body Communication Resonance (BCR)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Emosi itu Energi: Sebuah Undangan Bukan Perang

1 Oktober 2025   00:05 Diperbarui: 1 Oktober 2025   00:08 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emosi itu Energi: Sebuah Undangan, Bukan Perang

*Emosi itu Energi --- Sebuah Undangan, Bukan Perang*


Suatu sore, seorang klien duduk di hadapan saya dengan bahu kaku dan suara yang terdengar seperti menahan hujan. Ia berkata, "Saya ingin jadi lebih tenang --- tapi setiap kali saya marah atau sedih, saya merasa bersalah." Dalam percakapan itu saya menyadari sesuatu sederhana: kebanyakan orang diajari mengelola emosi seperti mengelola masalah teknis --- dimatikan, disembunyikan, atau dipaksa berfungsi. Padahal emosi bukan mesin; emosi adalah energi yang bergerak. Ketika kita memberi ruang, bukan perintah, energi itu memberi informasi, arah, dan pilihan.

Apa yang sering terlewat?

Sebelum menyusun gagasan besar, lihat dulu hal kecil --- karena di sanalah bahasa emosi sering berbicara:

* Napas yang tertahan sebentar saat menyebutkan topik tertentu.

* Tenggorokan yang terasa "kaku" sebelum kita menahan kata-kata.

* Keinginan untuk menunda meneteskan air mata (padahal tubuh mencari jalan keluar).

* Sentuhan ringan pada perut atau dada saat bicara soal batas diri.

* Kebiasaan menggigit bibir atau mengetuk meja saat cemas.

Hal-hal kecil ini adalah indikator aliran. Mereka bukan masalah moral; mereka adalah data sederhana yang memberitahu: energi sedang butuh ruang.

Sudut pandang lain (yang jarang ditulis): emosi sebagai mata angin relasional dan mata uang internal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun