Mohon tunggu...
muhammad umar
muhammad umar Mohon Tunggu... Lainnya - umar

ayo belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayo Bertoleransi

29 Maret 2020   22:16 Diperbarui: 29 Maret 2020   22:30 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: M. umar

Pagi yang cerah dan suasana yang penuh ketenangan, dunia nyata yang awalnya ramai berubah sendu ditengah kegentingan karena serangan covid-19. 

Dunia maya Nampak ramai dengan berbagai berita yang terbit silih berganti sebagai bentuk pemebritahuan, atau hanya sekedar numpang viral dengan berita hoaxnya ditengah suasana dunia yang vakum akan aktivitas-aktivitas yang seperti biasanya. 

Namun ada juga individu-individu yang tetap berjuang demi menyambung hidup karena takut asap dapur tidak lagi mengepul, takut anaknya tidak lagi bisa menikmati susu murahan yang biasanya ia beli, takut istrinya tidak lagi bisa melihat kompor tuanya menyala. 

Yah, mereka yang ekonomi kebawah dihadapkan dengan dua pilihan, antara memilih mati kelaparan atau mati terjangkit covid-19. Tapi mereka dituntut untuk memilih salah satunya. Namun ada juga para individu yang merasa kuat dengan keadaanya, dengan pendapatnya sendiri dan memilih tetap berhura-hura, senang-senang, liburan yang mestinya masih bisa ditinggalkan demi keselamatan dunia. Tapi mereka kuat, kuat akan ke egoisannya.

Salam sejahtera teman-teman, paragraf pertama hanya sebagai pembuka, yang mungkin itu hanya basa basi penulis saja. Tulisan ini sebenarnya berisi tentang bagaimana toleransi antar agama yang ada disekitar saya yang saya, saya memperolehnya melalui wawancara dengan orang memiliki keyakinan yang berbeda dengan saya. 

Wawancara ini berawal dari keteguhan hati saya memenuhi tugas kuliah kewarganegaraan, meskipun keadaanya sangat tidak mendukung untuk dilakukan. Namun karena kebiasaan saya menunda-menunda lah yang membuat saya berada dalam posisi seperti ini. Saya sudah diberi waktu cukup lama untuk mengerjakan, sebelum keadaan genting seperti ini, tapi beginilah adanya.

 Didalam benak saya sudah terangkai gambaran kemana dan kepada siapa yang harus saya tuju. Dan pada akhirnya saya pun bisa bertemu dengan orang yang saya rencanakan setelah beberapa persaratan yang harus saya penuhi, diantaranya harus memakai masker, jarak 1 meter, dan hanya dalam waktu 30 menit untuk meminimalisir keadaan. Seharusnya ini menjadi perbincangan yang panjang, dan kami pun bisa ngomong panjang lebar sebagai tahap pertemuan pertama. Tapi foto bersama pun tidak sempat demi kemaslahatan bersama.

Wawancara ini saya mulai dengan menanyakan nama, agama, asal, domisili serta organisasi keagamaan apa yang sedang narasumber ikuti. Beliau memiliki nama lengkap kristyan dan biasa dipanggil oleh teman-teman dan orang sekitarnya dengan panggilan kris, dan penulis juga akan menggunakan nama panggilan ini untuk menyebut narasumber didalam tulisan ini. 

Bang kris berasal dari Kalimantan tengah dan sekarang ia berdomisili dimalang karena sekarang sedang menempuh pendidikan strata dua difakultas peternakan universitas brawijaya malang. Saat ini bang kris tergabung didalam PMK (persekutuan mahasiswa Kristen). Karena tergabungnya ia dalam PMK ini lah yang membuat saya memilih beliau sebagai narasumber dalam wawancara kali ini.

Untuk pertanyaan inti saya mulai dengan menanyakan kepada bang kris "apakah masarakat disekitar tempat tinggal abang hidup dengan keberagaman keyakinan?". Dan ia pun menjawab "iyah, saya hidup ditengah masarakat dengan keyakinan yang beragam, ada yang sama dengan saya, ada juga yang berbeda karena Indonesia ini memang terlahir dengan keberagaman". Dari jawaban ini memancing saya untuk memberikan pertanyaan lanjutan yang berkaitan dengan tema yang penulis angkat dalam tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun