Mohon tunggu...
Sayyid Miftahul Ulum
Sayyid Miftahul Ulum Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menggali Sasaran Dakwah dalam Kehidupan Pribadi, Keluarga, Masyarakat, dan Bangsa

24 Maret 2025   13:51 Diperbarui: 24 Maret 2025   13:51 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Syamsul Yakin dan Sayyid Miftahul Ulum
[Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta]

Dinamika masyarakat dan kemajuan teknologi merupakan dua faktor besar yang sangat mempengaruhi cara hidup, pola pikir, serta cara kita berinteraksi dengan sesama. Kedua hal ini mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk di dalamnya aktivitas dakwah. Dakwah, yang pada dasarnya adalah upaya untuk menyampaikan ajaran agama dan kebaikan yang tidak terlepas apakah itu berlaku untuk diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat dan bangsa. Dakwah merupakan bagian integral dari sejarah perkembangan Islam. Ajaran Islam yang diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia merupakan bukti paling nyata dari aktivitas dakwah yang dilakukan hingga saat ini. Signifikansi dakwah ini akan terus berlangsung sampai akhir zaman, sebab dakwah merupakan usaha sosialisasi dan internalisasi ajaran islam ke dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia.

Allah Taala berfirman dalam (Surat Al Baqarah (2), ayat 44:

"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" (QS. Al Baqarah: 44).

Makna Mufrodat: Kata "anfusakum" adalah bentuk jamak dari kata "nafs" yang memiliki banyak arti, antara lain totalitas diri manusia, sisi dalam manusia atau jiwanya. Yang dimaksud di sini adalah diri manusia sendiri. Surat Al-Baqarah, Ayat 44 memotret sebagian perilaku Ahli Kitab yang hanya menyuruh orang lain berbuat baik, tetapi ia sendiri tidak menjalankannya. Dengan demikian, Surat Al-Baqarah Ayat 44 mengingatkan umat Islam tidaklah cukup berilmu saja, melainkan untuk mengamalkan apa yang ia telah pelajari. Berdakwah harus dimulai dari dirinya sendiri. Islam menganjurkan ketika mengajak orang lain, maka dirinya sendiri harus terlebih dahulu menjalankannya. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, tidak membolehkan bagi siapapun menyuruh orang lain menjalankan Islam sementara dirinya sendiri belum menjalankanya. 

Selanjutnya bagaimana seharusnya mengembangkan dakwah di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan bangsa yang majemuk? Dakwah Rasulullah SAW saat priode Mekah maupun Madinah merupakan pegangan dan cerminan berdakwah bagi umat Islam, Sebagaimana yang tersurat di dalam Al-Quran, Surat Asy- Syuara; 

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu terdekat; Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang beriman; Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah "sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" 

Tafsir Quran Surat Asy-Syuara Ayat 214-216: Dan peringatkanlah (wahai rasul) kerabatmu yang paling dekat dan kerabat dekatmu selanjutnya dari kaummu dari siksaan Kami yang akan menimpa mereka; Dan lunakkanlah sikap pergaulanmu dan tutur katamu untuk bertawadhu dan mengungkapkan rasa sayang kepada orang yang tampak olehmu adanya penerimaan terhadap dakwahmu darinya; Apabila mereka menyelisihi perintahmu dan tidak mengikutimu, maka berlepas dirilah kamu dari tindakan-tindakan mereka dan kondisi yang meliputi mereka berupa kesyirikan dan kesesatan . 

Ayat ini memerintahkan Nabi agar melalukan dakwah terhadap karib kerabat dengan cara memberikan peringatan kepada mereka. Ayat ini juga, menadai perjalanan dakwah nabi pada fase yang kedua terhadap keluarga Bani Abdul Muthalib. Sebelumnya fase pertama, nabi menyeru kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya yang paling dekat seperti; istri beliau, Ali bin Abu Thalib (anak pamannya), dan Zaid bin Haritsah (sahaya beliau), kemudian Abu Bakar.

Selain melakukan dakwah terhadap keluarga, Allah juga memerintahkan agar bergaul sesama mukmin dengan rendah hati dan lemah lembut, jangan berlaku kasar terhadap mereka, bahkan rendah hati tidak hanya sebagai sifat yang mesti dimiliki ketika berinteraksi dengan sesama mukmin, tetapi tawaddu juga merupakan strategi dakwah. Jika strategi ini dipakai oleh seorang dai, maka dakwah mudah diterima oleh masyarakat.

Perubahan yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW terhadap keluarga (Bani Abdul Muthalib), masyarakat dan bangsa Arab meliputi segala segi dan bidang kehidupan. Apa yang dicapainya untuk kejayaan bangsanya itu merupakan suatu sukses besar yang menakjubkan dalam sejarah dunia dari dakwah yang dilakukannya. Beliau bangkitkan bangsanya dari lembah kebodohan, untuk kemudian diserahi amanat mengemban tugas suci, yakni membawa risalah dakwah (agama Islam) pada seluruh umat manusia.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun