Mohon tunggu...
Humaniora

Berseka (Bersih, Sehat, dan Berkarakter)

25 September 2017   09:56 Diperbarui: 25 September 2017   09:57 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap orang tua tentu mendambakan buah hatinya bisa tumbuh sehat, cerdas, dan berakhlak mulia. Di tengah arus globalisasi yang deras, pendidikan budi pekerti dinilai sangat penting tentunya. Tak sedikit orang tua memilih sekolah yang lebih banyak muatan agamanya. Hal ini dikarenakan para orang tua sudah merasa penting nilai akhlak tersebut dan khawatir terhadap perkembangan zaman yang krisis akan moral. Tentu bukan sekadar hanya ingin mencari nilai prastise saja dan bukan juga mendiskriminasikan sekolah yang memuat agamanya sedikit, tetapi ada keresahan luar biasa ketika melihat akhlak anak-anak yang sudah luntur budaya sopan santun misalnya. Belum lagi maraknya pemberitaan di televisi, yang membuat rasa heran, tak habis pikir , kok bisa, ya? Sambil beristighfar ketika melihat berita-berita di tv, misalnya tentang kasus korban bullying antar anak sd, dan masih banyak kejadian-kejadian yang membuat kita harus sudah siaga satu untuk melindungi dan mendidik buah hati kita supaya menjadi pribadi yang berseka dan tidak terbawa arus zaman yang mengerikan ini.

Buah hati ibarat secarik kertas putih yang kosong, siapapun bisa menggenggamnya, mau diisi tinta emas atau hitam tergantung dari pembiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya. Orang tua juga harus aktif memeriksa fisik, mental, psikologi, ibadah, dan keterampilan serta bakat buah hatinya dan yang utama adalah menjadi teladan yang konsisten bagi buah hatinya, karena seorang anak adalah seorang peniru yang ulung dan akan terus meniru. Hidupkanlah insting peniru ini dengan menyuguhkan teladan-teladan yang baik dari orang tua. Karena mengajarkan nilai-nilai yang baik akan mudah jika disertai dengan teladan yang baik. Pembiasaan yang baik tercipta bermula dari kerja keras dan akan menjadi karakter yang baik pula ataupun sebaliknya.

Untuk menciptakan karakter yang baik, perlu kerja keras, kerjasama dan komunikasi antara orang tua dan pihak sekolah yang baik sangat dibutuhkan supaya tercipta keselarasan dan kesepakatan nilai-nilai pendidikan yang berakhlak mulia baik yang diterapkan di sekolah maupun yang diterapkan orang tua di rumah, sehingga orang tua juga tidak sepenuhnya menyerahkan urusan pendidikan kepada pihak sekolah, tetapi bersama-sama mewujudkan cita-cita untuk membangun siswa yang berseka (bersih, sehat, dan berkarakter) tersebut.

Peran guru dan orang tua harus selaras demi terciptanya karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur. Salah satu karakter kuat tersebut dimulai dari tumbuhnya rasa tanggung jawab yang terlahir sejak dini. Peran orang tua dan guru serta lingkungan sekitar akan membantu siswa untuk berkembang lebih baik. Orang tua bisa menerapkan kebiasaan kepada anak-anaknya untuk terbiasa melakukan sesuatu sendiri dengan penuh tanggung jawab, misalnya ketika anak bermain, setelah selesai anak dengan sigap membereskan semua alat bermainnya tanpa disuruh dan dibantu orang tuanya, membereskan tempat tidurnya sendiri, membereskan peralatan sekolahnya sendiri, menjaga peralatan sekolahnya dengan penuh tanggung jawab, yang terpenting adalah membangun rasa tanggung jawab dirinya terhadap Tuhannya dengan melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.

Karakter tanggung jawab juga akan terlaksana selaras dengan adanya komitmen dari pihak sekolah melalui penerapan kurikulum yang relevan, terutama pada mata pelajaran agama, kewarganegaraan, bahasa, dan mata pelajaran yang lainnya yang diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari di sekolah, sehingga akan tercipta pendidikan yang berseka (bersih, sehat, dan berkarakter), tentunya salah satu karakter awalnya adalah dengan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan agamanya. Setelah tanggung jawab terpenuhi, nanti akan muncul karakter-karakter lain yang akan membangun budi pekerti yang luhur, seperti disiplin, mandiri, jujur, kreatif, cerdas, dll. Sekolah bisa menjadi salah satu wadah untuk membentuk siswa yang berseka, hal ini tentunya guru sebagai pemangku keteladanan bagi siswa. Guru yang baik akan membantu perkembangan kognitif, emosi, dan motorik anak. Bukan hanya guru saja, mulai dari kepala sekolah, staf administrasi, satpam, staf kebersihan, dan semua orang yang ada di lingkungan sekolah bisa menjadi teladan untuk siswa tentunya dengan komitmen dan konsisten yang tinggi, misalnya guru memberi contoh ketika beribadah dilakukan dengan tepat waktu, berbicara yang baik dan sopan, ketika selesai melakukan praktikum alat-alatnya dibereskan, sampahnya di buang ke tempat sampah, hal ini akan dilihat siswa dan ketika teladannya langsung dipraktikkan oleh guru, maka siswa pun akan dengan sigap melakukan hal yang sama, ketika modelnya baik maka anaknya pun baik. Jika, tidak ada keteladanan dari seorang guru, maka aturan-aturan yang sudah disepakati akan menjadi pajangan semata.

Oleh karena itu, peran orang tua dan guru harus selaras supaya dapat membentuk karakter yang baik karena bermula dari bisa menjadi biasa, meskipun dengan proses yang tidak mudah dan harus dengan penuh kesabaran. Kita hanya bisa berusaha melewati proses demi proses untuk menciptakan karakter anak dengan hasil yang membanggakan tentunya, tetapi tetap hasil itu urusan Allah swt. semata, yang pasti kita sebagai orang tua tidak boleh menjadi orang tua yang pasif menyerahkan segala urusan pendidikan kepada pihak sekolah saja, tetapi bersama-sama dengan pihak sekolah untuk mewujudkan generasi yang bersih, sehat, dan berkarakter mulia sesuai harapan kita bersama dan tentunya harus selalu berdoa meminta petunjuk kepada sang pencipta, semoga harapan kita bisa terkabul, aamiin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun