Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karena Aku Bukan Sarjana

13 Januari 2021   08:00 Diperbarui: 13 Januari 2021   08:15 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diah Ayu Pasya memberikan seminar tentang penampilan pekerja kantor untuk siswa SMK | Foto by Ulil

Menjadi guru hingga awal tahun 2000an bukanlah profesi yang banyak dikejar orang. Image guru waktu itu adalah profesi dengan penghasilan/gaji yang kecil, apalagi guru negeri yang biasanya akan "dibuang" ke pelosok selama masa honor. 

Singkatnya menjadi guru adalah cita-cita orang tua saya, bukan cita-cita saya. Sedangkan cita-cita saya sendiri adalah ingin menjadi dokter, namun saya harus merelakan cita-cita itu terbang tinggi, karna Bapak saya tak sanggup membiayai kuliah kedokteran dan menyarankan saya masuk ke SMEA selepas SMP supaya lebih mudah mencari kerja.

Pada akhirnya saya menuruti permintaan Bapak, melanjutkan pendidikanku ke SMEA yang kini menjadi SMK masuk jurusan skretaris, karna saya menyukai pekerjaan perkantoran dan bisa belajar bahasa Inggris lebih banyak. Kebetulan, Bapak mendapat sedikit rejeki dan oleh Bapak uang itu digunakan untuk melanjutkan studi saya ke jenjang Diploma tiga sekretaris. 

Mengapa tidak ke kedokteran? Pertimbangan yang utama adalah biaya kuliah kedokteran yang sangat mahal, bisa dibilang itu di luar jangkauan dan saya sudah terlanjur menyukai bidang administrasi, jadilah saya kuliah D.III Sekretaris. Begitu lulus langsung dapat kerja dengan bos dari negeri Belanda. Saya sangat suka, meskipun harus siap siaga bekerja selama duapuluh empat jam.

Perjalanan karir saya tidak cukup mulus. Saya keluar masuk kerja hingga lima belas tahun kemudian saya diterima bekerja di sebuah instansi swasta yang bergerak dalam bidang pendidikan kejuruan. Setelah beberapa tahun bekerja di bagian tata usaha, tiba-tiba terbersit niat ingin menjadi guru. 

Kebetulan sekolah itu hanya mempunyai satu guru kejuruan bidang administrasi perkantoran saja. Banyak kawan-kawan guru yang mendukung niat saya, karena melihat riwayat pendidikan dan pengalaman kerja saya yang selalu berkecimpung dalam bidang administrasi perkantoran. 

Namun tak sedikit juga yang menganggap saya tak cukup layak untuk menjadi seorang guru, alasan utamanya, karna saya bukan sarjana dan saya tak punya pengalaman mengajar sama sekali. 

Saya sempat mengutarakan niat ini, tapi sepertinya ijasah Strata satu atau yang sederajat dengan itu harus saya miliki dulu, itupun tak bisa seratus persen menjamin bahwa saya bisa jadi guru.

Menjadi guru memang memerlukan pendidikan khusus supaya guru dapat memiliki dan menguasai ketrampilan serta kemampuan pendagogik. Inilah yang membedakan pendidikan calon guru dengan yang lainnya. 

Namun apakah kemampuan pendagogik ini mutlak harus dimiliki melalui pendidikan formal? Lalu bagaimana dengan sarjana-sarjana yang bukan lulusan dari fakultas keguruan? Kok mereka bisa jadi guru? Sedangkan Akta 4 sekarang sudah tidak ada lagi. Yang saya butuhkan hanyalah sebuah kesempatan, kesempatan untuk mengajar, kesempatan untuk belajar. Sayang sekali saya belum mendapatkan hal itu.

Mengapa tiba-tiba ingin menjadi guru? Di saat status kepegawaian sebagai tenaga kependidikan sudah tetap dan disaat umur sudah banyak, mengapa masih ingin mengejar impian untuk bisa menjadi guru? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun