Mohon tunggu...
Ulfa Larasanty
Ulfa Larasanty Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai Negeri Sipil

Menulis untuk bahagia

Selanjutnya

Tutup

Money

Gaya Hidup Anak Muda Bisa Jaga Perekonomian Negara

31 Agustus 2020   23:20 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:28 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: Bank Indonesia)

Sampai di sini, sudah menemukan benang merahnya? Ya, kita dan semua pelaku ekonomi terhubung satu sama lain dalam sistem keuangan. Setiap elemen dalam sistem tersebut saling terkait, yang apabila salah satunya tidak dapat menjalankan kegiatannya sebagaimana mestinya, akan terjadi masalah yang memengaruhi keseluruhan sistem.

Dengan hubungan seerat itu, bagaimana cara kita mendukung kebijakan makroprudensial dan menjaga stabilitas perekonomian negara?

 

Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar

Menabung!

Kebiasaan saya sehabis gajian adalah mentransfer sekian persen yang saya terima di rekening payroll ke rekening khusus tabungan. Masih konvensional, tetapi efektif untuk saya. Bank yang saya pilih untuk rekening khusus tabungan ialah yang membebankan admin fee terkecil dengan imbalan bunga yang lebih besar. Jangan lupa memastikan bunga yang kita terima masih dalam batas jaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) agar tidak 'sakit hati' di kemudian hari.

Investasi untuk masa depan

Kalau tadi masih konvensional, kali ini, saya memilih berinvestasi pada instrumen yang saya pahami dengan baik menggunakan digital platform. Saya mengandalkan reksadana sebagai instrumen investasi utama dan akan terjun ke pasar saham dalam beberapa bulan ke depan. Saya juga mulai tertarik berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) yang sejak beberapa tahun terakhir sudah bisa dibeli ritel dengan minimum pembelian yang terjangkau.

Selain belajar, belajar, dan belajar, ada satu hal lagi yang perlu kita pahami. Berinvestasilah melalui agen atau sekuritas yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar terhindar dari investasi bodong yang juga dapat memicu 'sakit hati' tak berkesudahan.

Belanja seperlunya

Pernah mendengar kalimat "beli yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan"? Ya, pola pikir seperti itulah yang idealnya kita tanamkan dalam benak kita. Harus saya akui, banyak di antara kita yang berbelanja secara impulsif hanya karena gengsi, atau bahkan merek. Padahal, jika mencari tahu lebih jauh, tidak sedikit produk-produk dalam negeri yang memiliki kualitas setara dengan produk impor yang bermerek itu.

Selain hemat di kantong, membeli produk-produk lokal juga membawa lebih banyak manfaat bagi banyak pihak. Siapa saja? Pemilik dan pekerja UMKM, pemasok bahan baku, masyarakat di sekitar lingkungan pabrik, dan masih banyak lagi, yang pada akhirnya bermuara pada berputarnya perekonomian di wilayah tersebut.

Melek teknologi

Aspek ini adalah keunggulan kita, benar begitu? Di dunia serba digital, hampir semua kegiatan manusia dapat dilakukan dalam satu genggaman. Lapar, tapi malas keluar rumah? Ada layanan pesan antar daring yang siap kapan saja. Ingin pergi ke suatu tempat, tapi halte atau stasiun jauh dari tempat tinggal? Tinggal pesan ojek online di aplikasi yang sama. Ingin belanja, tapi tidak bawa uang tunai? Tenang, pindai kode QRIS dan uang pun otomatis keluar dari dompet elektronik.

Tidak hanya kita yang diuntungkan dari keunggulan ini. Ada abang ojol, pedagang, dan pemilik warung makan yang juga kecipratan untung dari teknologi yang kita gunakan sehari-hari.

Berbagi kepada sesama

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Perlu diingat juga bahwa sebagian dari harta yang kita miliki merupakan hak mereka yang membutuhkan. Jangan lupa untuk rutin menyisihkan zakat, sedekah, atau pun perpuluhan, dan salurkan ke lembaga yang kredibel agar dapat dinikmati manfaatnya oleh orang-orang yang berhak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun