Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

'Melawan Dajjal', Melawan Apa?

15 Mei 2013   13:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:32 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

‘para nabi senantiasa mengingatkan umatnya akan bahaya dajjal’ demikianlah peringatan yang tertera dalam al hadits,apa atau siapa itu ‘dajjal’ mungkin masih banyak orang yang tidak atau belum memahaminya.

Salah satu petunjuk paling mendasar yang disebutkan dalam al hadits adalah ia itu makhluk yang ‘bermata satu’,sehingga kemudian orang mungkin akan bertanya tanya : apakah ia itu suatu makhluk ataukah suatu ‘kacamata sudut pandang’ (?) bila tafsirannya ia adalah ‘makhluk’ sebagaimana yang banyak diceriterakan dalam beragam ceritera yang saya sudah tidak tahu lagi benar salah nya maka saya hanya berserah diri pada Tuhan sebab mungkin saya masih agak sulit untuk memahaminya.

Tetapi saya akan mengambil tafsiran yang mudah untuk difahami yaitu : ‘ia adalah sebuah kacamata sudut pandang bermata satu’ dalam artian hanya awas ke dunia lahiriah material dan cenderung ‘buta’ terhadap dunia abstrak-gaib, sebab tafsiran seperti ini sekarang sudah merupakan fakta nyata yang realitas nya tercecer - berserakan dimana mana dan karena nya sudah tidak perlu disembunyikan lagi.masalahnya adalah banyak yang masih belum tahu apa-siapa hakikat ‘kacamata sudut pandang bermata satu’ itu.

Baiklah kita rumuskan saja : secara mendasar ‘dajjal’ adalah, cara pandang yang menjadikan dunia alam lahiriah-material sebagai landasan dasar parameter realitas-sebagai landasan dasar parameter ilmu dan ujungnya sebagai landasan dasar parameter 'kebenaran'.

Sehingga karakteristik dasar cara pandang ‘bermata satu’ itu adalah :

1.ketika berbicara masalah ‘realitas’ mereka akan selalu melekatkan-memparalelkan serta memuarakannya kepada yang hal hal yang bersifat lahiriah-material yang bisa tertangkap oleh  pengalaman dunia panca indera walau itu harus dengan bantuan peralatan canggih.

2.ketika mereka berbicara tentang konsep ‘realitas’ mereka akan menjadikan manusia sebagai parameter-tolok ukur realitas sehingga apa yang tidak bisa tertangkap oleh pengalaman dunia inderawi akan dianggapnya sebagai ‘bukan wilayah realitas’, sehingga lahir rumusan ‘tidak ada realitas diluar yang bisa tertangkap oleh pengalaman dunia indera’ sebagai rumusan yang menjadi bahan dasar ateisme.

2.ketika berbicara masalah ‘ilmu pengetahuan’ mereka akan memuarakannya juga ke dunia lahiriah-material sehingga definisi konsep ‘ilmu’ nampak selalu paralel dengan dunia alam lahiriah - material yang bisa terbukti langsung secara empirik,demikian juga kata ‘ilmiah’ nampak menjadi identik dengan segala suatu yang bersifat lahiriah-material yang memiliki bukti empirik langsung.

3.ketika mereka berbicara masalah ‘kebenaran’ maka mereka akan memuarakan konsep ‘kebenaran’ itu juga ke dunia alam lahiriah-material sehingga ujungnya definisi pengertian ‘kebenaran’ selalu identik dengan hal hal yang memiliki bukti fisik-bukti empirik langsung, sehingga definisi pengertian ‘kebenaran’ selalu dihubungkan dengan segala suatu yang memiliki bukti empirilk yang langsung bisa ditangkap oleh pengalaman dunia inderawi.

Itulah kacamata sudut pandang ‘dajjal’ meng eliminasi dunia abstrak-gaib dari wilayah realitas-dari wilayah ilmu pengetahuan dan ujungnya dari wilayah konsep ‘kebenaran’,sehingga ketiganya (konsep-pengertian ‘realitas’-‘ilmu’-‘kebenaran’) seperti suatu yang hanya berjalan berputar putar di wilayah dunia alam lahiriah-material yang bisa tertangkap oleh pengalaman dunia inderawi.

Sehingga hasil nya : ketika agama berbicara tentang konsep kebenaran yang berkaitan dengan dunia abstrak-gaib maka mereka langsung memvonis agama sebagai suatu yang tidak berdasar realitas-suatu yang tidak berdasar ilmu pengetahuan dan suatu yang tidak berdasar kebenaran, sehingga ujungnya agama dikotak kan hanya sebagai : ajaran moral-suatu yang dianggap hanya berdasar dogma-suatu yang dianggap ‘buatan manusia’..

Itulah hal hal mendasar tentang ‘dajjal’, terutama karakteristik utamanya, dan anda akan mudah mengenali apa saja ‘produk’ atau gagasan gagasan yang lahir dari sesuatu yang berdasar kepada kacamata bersudut pandang mata satu itu.

Sekarang mari kita kenali kebalikannya :

Agama mengajarkan kacamata sudut pandang ‘bermata dua’: bisa melihat ke dunia lahiriah-material dan ke dunia abstrak-gaib secara berimbang.sehingga :

1.ketika agama berbicara tentang konsep ‘realitas’ maka agama membagi realitas kepada dua bagian : yang nampak mata dan yang tak nampak mata secara langsung,yang bersifat lahiriah dan yang bersifat abstrak-gaib,yang bisa di inderai dan yang tidak bisa di inderai.

2.ketika agama berbicara tentang konsep ‘realitas’ maka agama tidak menjadikan manusia sebagai parameter-tolok ukur realitas karena manusia ditempatkan sebagai makhluk yang terbatas, bukan yang serba maha tahu,sehingga dalam hal ‘realitas’ agama mengajarkan ‘kacamata sudut pandang Tuhan’ sebagai parameter - alat ukur.artinya manusia memakai ‘kacamata Ilahi’ (melalui kitab suci) dalam melihat dan memahami realitas yang sebenarnya-yang sejati-yang menyeluruh,tidak menggunakan kacamata sudut pandang manusiawi yang serba terbatas sebagaimana yang biasa orang gunakan dalam dunia filsafat.

3.ketika agama berbicara tentang konsep ‘ilmu pengetahuan’ maka agama tidak hanya menghubungkannya dengan dunia alam lahiriah tetapi juga dengan dunia alam abstrak-gaib.sehingga dalam konsep agama, definisi-pengertian ‘ilmu’ itu merangkum keseluruhan realitas lahiriah dan yang abstrak-gaib,sehingga dalam agama, wilayah ilmu itu membentang dari dunia lahiriah hingga ke dunia abstrak.bayangkan dengan kacamata sudut pandang bermata satu (dajjal) yang memenjarakan ‘ilmu’ di dunia alam lahiriah-material semata.

4.ketika agama berbicara tentang konsep ‘kebenaran’ maka agama selalu mengaitkannya dengan dunia alam lahiriah dan sekaligus juga dengan dunia alam abstrak-gaib.sehingga dalam agama konsep ‘kebenaran’ itu menerangkan serta mengikat keseluruhan realitas yang lahiriah dan yang abstrak-gaib. dan dalam agama sesuatu untuk disebut sebagai ‘kebenaran’ tidak mesti sesuatu itu memiliki bukti empirik yang langsung tertangkap dunia indera sebab dalam agama peralatan pencari dan penangkap kebenaran itu bukan hanya dunia indera tetapi juga peralatan yang bersifat abstrak : akal-hati.

Hal mendasar lain yang perlu diketahui : dalam hal peralatan berfikir maka kacamata sudut pandang bermata satu itu lebih mengandalkan peralatan fisik-dunia inderawi,sedang dalam agama disamping penggunaan dunia indera maka yang lebih di utamakan adalah penggunaan secara maksimal peralatan yang bersifat abstrak : akal-hati-nurani.

Demikian hal hal sederhana tetapi bersifat mendasar yang sangat penting untuk diketahui dan difahami serta menjadi pegangan di zaman ini, sebagaimana yang menjadi sabda rasul : agar kita bisa terhindar dari ‘fitnah dajjal’ yang diantaranya suka membuat fitnah besar,diantaranya dengan membenturkan agama dengan realitas-membenturkan agama dengan ilmu pengetahuan dan membenturkan agama dengan konsep ‘kebenaran’.padahal agama bukan berbenturan dengan realitas-bukan berbenturan dengan ilmu pengetahuan dan bukan berbenturan dengan konsep ‘kebenaran’,tetapi pasti agama berbenturan dengan konsep ‘realitas’ - konsep ‘ilmu’ serta konsep ‘kebenaran’ versi kacamata sudut pandang bermata satu.

Sehingga makna dari ‘melawan dajjal’ artinya adalah : melawan sebuah kacamata sudut pandang yang pada dasarnya berkarakter monolistik yang berbeda - berlainan dan atau berlawanan dengan kacamata sudut pandang yang pada dasarnya berkarakter dualistik yang diajarkan oleh para nabi-rasul.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun