Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Derita Rohingya, ujian kemanusiaan terbesar abad ini

22 Mei 2015   16:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:43 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_419351" align="aligncenter" width="300" caption="www.merdeka.com"][/caption]

..

Hidup memanglah sebuah ujian dan manusia akan saling diuji oleh sesamanya dalam berbagai permasalahan yang mereka temui, dan oleh apa yang telah mereka buat atau nyatakan sendiri. lalu, apa makna dari sebuah ujian (?) .. di antaranya adalah untuk agar manusia menjadi makhluk yang dapat berpikir secara mendalam, untuk menguji apakah seseorang bersikap munafik atau tidak terhadap apa yang mereka nyatakan sendiri, dan akhirnya untuk memilah mana manusia yang akan menempuh jalan yang benar dan mana yang memilih jalan yang salah, mana yang menempuh jalan yang baik dan mana yang menempuh jalan yang buruk.

Di abad ini sebagaimana kita ketahui di dunia ini telah digulirkan konsep HAM yang bernuansa humanis dan itu pun akan memperoleh ujian bagi manusia yang menyatakannya apakah mereka akan konsisten dengan apa yang mereka nyatakan sendiri atau malah memilih menjadi manusia yang munafik dengan apa yang mereka nyatakan sendiri (?) .. sebab konsep HAM oleh sebagian orang malah sering digunakan untuk melegitimasi hal hal yang buruk bahkan a moral seperti hedonisme-pornografi, penghinaan terhadap nabi dlsb..

Bila ada yang mengusik perbuatan buruk mereka dengan percaya dirinya mereka berlindung di balik prinsip HAM, tetapi ketika ada kaum yang tertindas-teraniaya yang jelas-jelas sangat memerlukan pertolongan dunia internasional, maka konsep HAM itu oleh sebagian pihak sering disembunyikan di balik punggung, mungkin pura-pura tidak tahu. Padahal, permasalahan yang dihadapi sering kali menyangkut hal yang sangat mendasar karena menyangkut Hak Asasi Manusia untuk memperoleh kehidupan yang layak bahkan hak asasi untuk sekedar tetap dapat hidup

Dan salah satu bentuk ujian itu bagi kita semua saat ini adalah kehadiran pengungsi etnis Rohingya yang mayoritas beragama Islam, yang mengalami ketakadilan-diskriminasi serta berbagai bentuk intimidasi di negerinya. Dan kita patut bersyukur bahwasanya bangsa Indonesia pada umumnya bersikap baik terhadap mereka bila dibandingkan dengan pemerintah Australia misal yang sampai tega menolak kehadiran mereka, (entahlah kalau pengungsi yang datang adalah yang satu etnis dengan mereka..).

Konsep HAM banyak digaungkan di negeri ‘Barat’ sana termasuk Australia dan sekarang melalui kasus pengungsi Rohingya, mereka diuji oleh apa yang mereka nyatakan sendiri sehingga dipersilahkan untuk, apakah akan menjadi manusia yang konsisten dengan konsep yang mereka buat sendiri atau memilih menjadi munafik (?) .. sebagaimana juga konsep ‘demokrasi’ ala Barat dahulu pernah diuji oleh kasus yang terjadi di Aljazair-Mesir-Palestina dlsb. dan perhatikan sikap bagaimana serta seperti apa yang mereka (pihak yang mengkonsepsikannya sendiri) perlihatkan (?) .. ini yang saya maksud sebagai ‘ujian’. Walau ujian yang paling berat - yang sesungguhnya-hakiki tentu yang akan dialami oleh orang-orang yang menyatakan diri sebagai makhluk yang beriman.

Di abad ini telah dibuat banyak konsep humanis seperti konsep HAM-demokrasi dlsb. yang menandakan bahwa manusia di abad ini telah lebih beradab-humanis ketimbang manusia yang hidup di masa silam, tetapi ironis apabila masih saja ada yang tega menolak orang-orang yang di negerinya teraniaya untuk masuk ke negaranya padahal mereka sangat membutuhkan pertolongan dari sesamanya. Dan bayangkan kalau semua negara yang ada di dunia menolak mereka, maka menurut saya kita bisa kembali ke zaman jahiliah dulu-zaman ketika manusia masih sederajat dengan hewan.

Tetapi syukur Alhamdulillah pemerintah dan masyarakat Indonesia khususnya menyambut baik kedatangan mereka dan memperlakukan mereka secara manusiawi. Dan kita berharap tidak ada orang yang memiliki ‘nasionalisme yang sempit’ terhadap kehadiran migran Rohingya dengan mengait-ngaitkannya dengan masalah lain yang secara substansial tidak berkaitan lalu meminta pemerintah untuk segera memulangkan mereka kembali ke negara asalnya, lha bukankah itu sama dengan membawa mereka kembali ke neraka ..(?)…

Yang harus kita lakukan adalah berupaya sebisa mungkin tentunya memperbaiki keadaan di kampung halaman mereka terlebih dahulu sebelum berpikir untuk memulangkan mereka kembali agar mereka kelak dapat hidup kembali dengan tenang di kampung halamannya sendiri. Tetapi bila belum dapat, maka apa salahnya membiarkan mereka sejenak untuk dapat merasakan kebahagiaan bersama saudara-saudaranya sesama insan Tuhan.

Kita boleh becermin pada apa yang dilakukan masyarakat Aceh sebagai representasi dari hati nurani manusia yang sesungguhnya (sebab terlepas dari kepentingan politik apa pun), coba lihat, sangat mengharukan bila kita mendengar berbagai kelompok di Aceh giat melakukan aktivitas peduli Rohingya. Mereka mengumpulkan dana dari warga di jalan-jalan. Bahkan, mereka juga mengumpulkan aneka barang seperti pakaian layak pakai dan makanan untuk bayi dan anak untuk disumbangkan ke lokasi-lokasi pengungsian. Kita patut mengucapkan terima kasih untuk rakyat Aceh-rakyat Medan serta tentu di mana pun yang masih memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap masalah kemanusiaan. Dan saya yakin akan ada banyak masyrakat di berbagai daerah di Indonesia yang akan tergerak untuk menolong apabila ada penggalangan dana untuk kepentingan pengungsi Rohingya.

Sebagaimana kita tahu entis Rohingya hidup di negeri penuh kekelaman, negeri penuh angkara murka yang berada di bawah pimpinan penguasa yang lalim. Mereka tidak diterima sebagai penduduk negeri dan menerima perlakuan diskriminatif hanya karena mereka berbeda suku dan agama dengan etnis mayoritas. Lalu mereka pun mencoba lari tetapi hanya ada satu jalan: lautan. Lalu mereka pun mengundi nasib, berupaya mencari kehidupan yang lebih baik dengan menjadi manusia perahu yang harus terombang-ambing di tengah lautan dengan perbekalan seadanya. Dan ini adalah ujian keimanan bagi orang-orang yang beriman yang memang oleh kitab suci Alqur’an diperintahkan untuk melakukan hijrah apabila mengalami keadaan yang menuntut untuk melakukan hal demikian.

…………………………………….

(Mudah-mudahan mereka dapat merasa berbahagia berada di sini bersama saudara-saudaranya yang seiman sampai situasi di negaranya telah kondusif kembali-kebahagiaan yang sangat mahal bagi mereka yang telah terbiasa hidup menderita dan pasti akan selalu mereka kenang di sepanjang hayatnya.)

[caption id="attachment_419350" align="aligncenter" width="300" caption="nationalgeografic.co.id"]

14322846361770216989
14322846361770216989
[/caption]

………….

Sebagaimana dulu kasus yang diderita etnis Bosnia di wilayah pecahan Yugoslavia di mana banyak negara sekitar yang diam seribu basa sampai banyak korban harus berjatuhan terlebih dahulu, apa yang dialami oleh etnis Rohingya saat ini pun memang mungkin merupakan salah satu ujian kemanusiaan terbesar bagi umat manusia di abad ini, apakah akan menjadi lebih beradab ataukah malah sebaliknya ….

…………..

Pelengkap penderitaan etnis Rohingya-VIVA.co.id.dan silahkan cari di sumber lain

..............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun