Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesalahan Prosedur Ilmiah dalam Meneropong Agama

5 Maret 2020   08:19 Diperbarui: 5 Maret 2020   08:34 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: griyachumaidi.com

Bila kita berhadapan dengan proposisi proposisi atau deskripsi deskripsi sainstifik yang datang dari wilayah sains apakah itu berupa teori-hipotesa-asumsi atau klaim tentang temuan sains terbaru maka merupakan suatu hal yang logis-wajar apabila publik lalu mempertanyakan bukti empirik langsungnya. 

Bila sebuah teori dipertanyakan karena tidak koheren-nampak tidak paralel dengan kenyataan itu juga suatu kewajaran mengapa? Karena sains adalah institusi fisik atau ilmu dunia fisik dan yang dicari dan dirumuskan sains adalah bentuk kebenaran yang bersifat fisik atau kebenaran empirik-bukan kebenaran metafisik

Tetapi, ketika kita berhadapan dengan proposisi-deskripsi-klaim yang datang dari wilayah agama-kitab suci maka, apakah mutlak harus bersikap serupa persis dengan ketika kita berhadapan dengan sains?

Sebab tidak sedikit orang yang ketika berhadapan dengan pernyataan yang datang dari agama mereka mempertanyakan serta mempersoalkan bukti empirik langsungnya. Mereka seperti tak faham bahwa prinsip dasar agama itu bukan empirisme sebagaimana prinsip dasar sains tapi iman dan makna iman adalah percaya - bukan pengetahuan empirik, artinya percaya kepada yang tidak bisa dibuktikan secara empirik.

Nah karena kaum beriman tidak bisa memberi bukti langsung atas apa yang mereka percayai itu maka kaum atheis sering membuat vonis agama sebagai bukan wilayah ilmu karena mereka memparalelkan ilmu hanya dengan sains dan prinsip empirisme-keharusan berdasar bukti empirik langsung. Dan ujungnya kaum atheis sering memparalelkan agama hanya dengan prinsip moral, menyebut agama sebagai hanya institusi moral bukan institusi yang berdasar kebenaran ilmu.

Mereka juga menstigma ajaran agama sebagai hanya dogma-doktrin yang tidak berkaitan dengan kenyataan dan ilmu pengetahuan.

Nah bagaimana meng-counter pandangan dasar atheis terhadap agama serta iman tersebut dengan penjelasan terstruktur?

Pertama, memberi mereka pemahaman bahwa makna iman adalah percaya kepada sesuatu yang tidak bisa di-empirik-kan. Sebab itu menuntut bukti empirik langsung atas klaim iman merupakan suatu kesalahan prinsipil.

Salah satu argument epistemologis iman adalah; Iman eksist ketika pengalaman dunia indera sangat terbatas dan mustahil bisa mengalami segala hal secara komplet misal tentang apa yang terjadi sesudah manusia mati. Iman hadir ketika sains juga sudah tak bisa memberi penjelasan empirik otentik.

Iman hadir ketika manusia tidak merasa cukup dengan pengetahuan fisik-empirik dan ketika pengetahuan sainstifik itu tidak bisa menjawab persoalan metafisis yang teramat sangat kompleks misal ; apa hakikat hidup, kemana manusia pergi setelah mati.

Jadi eksistensi iman dalam kehidupan umat manusia bukan tanpa argumentasi yang logis atau bukan sesuatu yang tiba tiba hadir begitu saja tanpa keterkaitan dengan prinsip hukum sebab akibat. Dengan kata lain, ada argument logis-argument yang dapat difahami akal dibalik eksistensi iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun