Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bukan Sains tetapi Akal yang Menemukan Tuhan!

22 Agustus 2019   07:21 Diperbarui: 22 Agustus 2019   09:30 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari ribuan rumusan yang pernah dibuat manusia di ranah sains tak ada satupun yang dapat membuktikan secara langsung bahwa Tuhan itu ada karena semua rumus yang ada dalam ranah sains dibuat memang hanya untuk membuktikan hal yang fisik-material bukan yang non fisik-non materi-gaib.orang pergi ke laboratorium melakukan eksperiment tentu bukan untuk upaya membuktikan keberadaan hal yang gaib semisal Tuhan atau malaikat

Jadi kalau ada saintis yang mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada tapi dengan berdasar atau mengatasnamakan rumus atau metodologi sainstifik maka ia telah melakukan kebohongan besar karena rumus serta metodologi sains itu bukan untuk mebuktikan secara langsung Tuhan itu ada atau tidak ada

Lalu,adakah jalan- jalur atau metode ilmiah lain untuk memahami hal hal yang gaib yang tak bisa dijamah rumus rumus sainstifik itu ?

Tentu ada,karena Tuhan memberi manusia suatu peralatan berfikir abstrak yang disimpan dalam jiwa yang bernama Akal.dan akal diciptakan diantaranya adalah sebagai penopang kelemahan serta keterbatasan dunia inderawi yang kemampuannya dalam menjelajah realitas non fisik memang teramat sangat terbatas

Akal fikiran lah yang membuat metodologi ilmiah untuk membuktikan bahwa Tuhan itu ada dan kumpulan dari metodologi ilmiah yang berbicara tentang Tuhan itu terangkum dalam suatu ilmu khusus yang bernama ilmu teologi

Jadi kalau ilmu sains berdasar metodologi empirisme maka ilmu teologi berdasar ilmu akal atau kalau memakai bahasa filsafat yaitu ilmu logika.ilmu logika adalah sebuah ilmu yang disusun berdasar kajian kajian akali. dan sama dengan ilmu atau rumusan empirik yang digunakan dalam sains itu ditegakkan berdasar rumus-kaidah-hukum hukum tertentu maka ilmu logika atau ilmu akal pun ditegakkan berdasar hukum hukum logika.jadi masing masing bentuk ilmu tersebut memiliki hukum-kaidah ilmiah atau aturan nya sendiri sendiri dengan kata lain keduanya bukan hal yang absurd-spekulatif-tidak jelas

Jadi inti yang harus difahami adalah,orang harus tahu peruntukan atau kegunaan dari masing masing ilmu tersebut

Ilmu sains peruntukannya itu untuk menelusur dunia materi-dunia fisik atau dunia empirik sedang ilmu akal atau ilmu logika peruntukannya untuk menelusur dunia metafisik.itu sebab ilmu logika lebih banyak digunakan baik di dunia filsafat maupun di dunia agama dan menjadi konstruksi atau penopang utama dari berdirinya ilmu teologi disamping firman Tuhan itu sendiri tentunya

Jadi sebagaimana realitas itu terbagi pada dua dimensi antara yang fisik-materi dengan non fisik maka otomatis di dunia ilmu pengetahuan ada dua jenis ilmu dengan dua metodologi yang berbeda pula.menyebut sains dan metodologi sains sebagai hanya satu satunya ilmu serta metodologi yang sah dan valid maka iru suatu kesesatan ilmiah karena sama dengan tidak memahami apa itu realitas secara menyeluruh yang adalah terdiri dari dunia fisik dan non fisik sehingga mustahil bisa ditelusur oleh satu jenis ilmu seperti sains semata sehingga perlu ilmu lain yang non sains untuk menelusuri serta mengolahnya

Kalau sains itu mengandalkan memakai peralatan inderawi seperti mata-hidung-telinga maka untuk menelusur realitas non fisik manusia harus mengandalkan peralatan non inderawi yaitu akal

Jadi kalau ada atheis yang mati matian menyerang agama tetapi dengan menggunakan rumus-kaidah-metodologi-prinsip sainstifik yang orientasi ke pembuktian langsung secara materi itu maka itu adalah suatu kesalahan besar alias suatu kebohongan ilmiah karena telah menggunakan prinsip sains untuk sesuatu yang bukan peruntukannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun