Kaum liberal atau para failosof eksistensialist utamanya,selalu menggaungkan prinsip kebebasan bagi manusia dalam segala hal dalam eksistensi kehidupannya.Â
Tetapi apa-bagaimana hakikat kebebasan itu sendiri bagi manusia hal itu harus kita dalami serta sadari terlebih dahulu. Dan terkait pendalaman masalah ini sebaiknya didahului oleh sebuah pertanyaan:Â
adakah kebebasan yang bersifat mutlak-total bagi manusia?
hubungan antara prinsip kebebasan dan kehendak manusiawi
Bila manusia diberi kebebasan yang bersifat mutlak maka PASTI ia akan memilih hanya hal hal yang sesuai dengan keinginannya dan akan menolak hal hal yang tidak disukai atau yang tidak di inginkannya
Nah bila memakai parameter demikian (antara yang diingini dan yang tidak diingini) untuk mengukur arti kebebasan maka kita akan memahami apa sebenarnya makna kebebasan bagi manusia serta sejauh mana kebebasan yang dapat manusia raih dalam kehidupannya
Sebelumnya harus kita ketahui dan sadari bahwa manusia itu ditelikung oleh hukum kehidupan pasti yang tak bisa dan mustahil untuk di hindari.Â
Manusia yang semula muda akan menjadi tua bila dipanjangkan umurnya, manusia yang sehat suatu saat akan mengalami sakit, yang hidup suatu saat akan mati.Â
Dan bila kita masuk ke ranah agama Ilahiah maka hukum kehidupan pasti itu akan berlanjut dengan penjelasan bahwasanya yang ber amal di dunia akan dibalasi atau akan diperhitungkan amal perbuatannya di akhirat dimana amal baik akan dibalas baik dan amal buruk akan dibalas buruk,lalu penjelasan tentang adanya tempat pembalasan berupa sorga dan neraka
Nah bila rangkaian kepastian kepastian itu kita kaitkan dengan unsur yang merupakan indikator dari prinsip kebebasan seperti : kehendak, keinginan manusiawi,maka pasti tak ada seorangpun yang misal ingin menjadi sakit, menjadi tua atau menjadi mati, yang berbuat amal buruk di dunia pasti tak ingin kalau amal perbuatannya itu harus dibalas dengan siksaan di akhirat