Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Agama Menyeberangkan Akal ke Wilayah Gaib

1 April 2019   10:40 Diperbarui: 2 April 2019   10:54 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images: amazingfact. id

Akal itu ibarat mobil-kendaraan darat yang dikendalikan dan diarahkan sesuai keinginan pengandaranya.ada pengendara mobil yang membatasi diri hanya berkeliling diseputar wilayah kota. Ada mobil yang berkeliling di wilayah lebih luas, seputar wilayah propinsi tetapi ada pula mobil yang digunakan untuk berkeliling dunia.nah untuk mobil yang digunakan berkeliling dunia itu maka ketika akan melintasi pulau pulau terpaksa mobil tersebut diseberangkan terlebih dahulu dengan jalan dinaikkan keatas kapal laut

Nah demikian pula dengan akal fikiran, bagaimana keluasannya itu bergantung kepada bagaimana kita membawanya-ke wilayah mana kita membawanya,peralatan keilmuan apa yang kita gunakan ketika membawanya.  Kalau kita membawanya ke sebatas wilayah sempit maka cara berfikir akal kita pun akan sesempit wilayah yang biasa dijelajahinya itu

Demikian pula instrument peralatan keilmuan yang digunakan itu akan menentukan kualitas kemampuan akal dalam menjelajah beragam persoalan keilmuan

Contoh, ketika manusia menggunakan akal nya untuk menjelajah wilayah sains-mengolah hal hal yang bersifat material maka sebagai hasilnya lahir misal berbagai rumusan fisika hingga ilmu ilmu teknologi dan seabrek benda benda teknologi tentunya.itu karena sains adalah wilayah ilmu materi

Ketika manusia menggunakan akalnya untuk menjelajah wilayah filsafat maka lalu lahir seperangkat hukum logika atau konsep ilmu logika, konsep epistemologi, berbagai bentuk teori metafisika serta mazhab filsafat dlsb.karena filsafat menelusur wilayah yang lebih luas dari sekedar wilayah materi yaitu dengan masuk ke wilayah dunia metafisika

Ketika manusia membatasi wilayah jelajah akalnya hanya di sebatas wilayah sains dan menggunakan prinsip metodologi sainstifik sebagai satu satunya parameter kebenaran atau sebagai satu satunya parameter keilmuan maka akal hanya bisa berjalan hanya bila dituntun oleh fakta fakta empiris dan akan mandeg ketika dihadapkan pada problem keilmuan yang tidak menyertakan bukti empiris langsung. Itu sebab problem keilmuan yang bersifat metafisika tak akan bisa diselesaikan oleh prinsip serta metodologi sainstifik

Banyak saintis saintis yang membuat pernyataan pernyataan metafisis semisal Steven hawking yang berbicara tentang Tuhan berangkat dari analisis saintifik, tapi pernyataan nya itu akan ganjil bila tidak melalui-melewati atau menggunakan dalil-metodologi rasionalitas karena dari sains tak bisa langsung meloncat ke dunia metafisika kecuali memakai metodologi rasionalitas. Dengan kata lain, jembatan ilmu pengetahuan itu sebenarnya memiliki tahapan -terstruktur sehingga tak bisa main loncat begitu saja seperti misal pernyataan Hawking

...............

Apakah persoalan keilmuan yang ditemui manusia melulu selalu yang bersifat lahiriah-material- empirik dan yang selalu bisa diselesaikan oleh prinsip sainstifik ? 

Ternyata tidak, dalam kehidupannya manusia selalu berhadapan dengan persoalan keilmuan yang bersifat kompleks, yang bersifat lahiriah maupun batiniah, fisik dan metafisika, jasmaniah maupun rohaniah,materi-non materi termasuk kedalamnya adalah pengalaman dengan hal hal yang bersifat gaib,dan tentu tak bisa menyerahkan seluruhnya pada penyelesaian yang bersifat sainstifik karena metodologi sains itu terbatas hanya bisa digunakan di dunia alam lahiriah-material terhadap persoalan keilmuan yang hanya bersifat material

Metodologi sainstifik yang bergantung secara mutlak pada fakta-bukti empiris tak bisa digunakan oleh akal sebagai satu satunya instrumen ilmu pengetahuan untuk merekonstruksi persoalan persoalan metafisika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun