Mohon tunggu...
Ujang Ti Bandung
Ujang Ti Bandung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasioner sejak 2012

Mencoba membingkai realitas dengan bingkai sudut pandang menyeluruh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menyatukan Diri dengan Tuhan dalam Kesadaran

23 Januari 2019   22:45 Diperbarui: 24 Januari 2019   16:12 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Images : Akuislam.id

Ada terbentang garis batas yang memisah antara Tuhan dengan manusia yang merupakan benang merah yang tak bisa ditembus dengan cara apapun termasuk dengan cara atau metode yang ditawarkan sufisme.Tuhan tetap Tuhan dan manusia tetap manusia, masing masing tak bisa berganti posisi, Tuhan tidak mungkin berposisi sebagai manusia dan manusia mustahil dapat berposisi sebagai Tuhan

Ada tarekat-aliran sufisme yang mengajarkan suatu cara - metode melalui ritual tertentu dengan dilandasi filisofi bahwa untuk sampai kepada ke menyatuan dengan Tuhan maka manusia harus mencapai level kehilangan kesadaran diri sebagai manusia.

Tarekat Maulawiyah melakukan Tarian Mistis Darwis (Whirling Dervish Dance), tarian dari Turki ini menggambarkan seorang laki-laki memakai jubah panjang, menari berputar seperti gasing (sehingga jubahnya menyerupai payung ketika berputar), sambil menelengkan kepala dan menengadahkan tangannya dengan diiringi musik, puisi dan dzikir.Kemudian puncaknya mereka mengalami ekstase (mabuk).

Tarian ini juga dianggap sebagai bagian dari meditasi diri. Meditasi ini sangat erat kaitannya dengan ajaran sufistik Islam. Para penari pun diharapkan menggapai kesempurnaan imannya, menghapuskan nafsu, menanggalkan ego, dan hasrat pribadi dalam hidup. Kemudian, penari akan mengalami ekstase dan melebur bersama sang Ilahi.

Tarekat Naqsyabandiyah berdzikir dengan diam dan menahan nafas, tarekat Qadiriyah berdzikir nyaring berdiri dan duduk. Tarekat al-Muwafaqah membaca asmaul husna. Tarekat Junaidiyah membaca:
Subhaanallah 4.000 kali pada hari Ahad
Alhamdulillah 4.000 kali pada hari Senin
Laa ilaaha illallah 4.000 kali pada hari Selasa
Allaahu akbar 4.000 kali pada hari Rabu
Laahaula walaa quwwata illa billah 4.000 kali pada hari Kamis

Ketika melakukan dzikir bisa timbul rasa takut, duka atau rindu, sehingga membuat mereka merintih, mengerang, mencabik-cabik pakaian, hingga mengalami ekstase (mabuk). Ada juga terlanda rasa harap, gembira dan bahagia, sehingga mereka gembira, menari dan bertepuk-tangan. Bahkan cabikan kain sufi (khiraq) ini di ambil untuk mendapatkan berkah darinya.

..................

Masalahnya,betulkah Tuhan dapat digapai hanya ketika manusia kehilangan kesadaran diri (ekstase) ?

Ini adalah filosofi-cara pandang tentang Tuhan serta tentang bagaimana hubungan manusia-Tuhan yang menyesatkan yang dikarang karang oleh manusia yang menyebut diri 'sufi',karena filosofi seperti itu disamping tidak diajarkan oleh satupun dari kitab suci yang diturunkan Tuhan melalui para nabi serta tidak ada seorang nabi pun yang mengajarkan-mencontohkan atau menganjurkannya juga berlawanan dengan cara berfikir akal sehat

Menggapai Tuhan justru dapat diperoleh hanya ketika manusia berada dalam kesadaran penuh,artinya ketika akal budi masih melekat dalam diri,ketika akal budi sudah hilang akibat ekstase-mabuk apakah mabuk oleh karena minum vodka atau hilang karena melakukan tarian Darwish maka jalan untuk menggapai Tuhan justru menjadi terputus

Justru ada bahaya besar ketika manusia telah berada pada level 'ekstase' alias ketika akal budi telah terlepas dari diri karena saat seperti itu manusia tak dapat lagi mengontrol fikirannya serta tak dapat lagi mengontrol apa yang masuk kedalam fikirannya.ketika akal budi tengah jaga-sadar sepenuhnya   maka manusia dapat mengontrol fikiran fikiran buruk yang hadir kedalam jiwa nya sebagai bisikan setan.tetapi ketika tengah kehilangan kesadaran diri maka kontrol itu menjadi hilang.dan saat seperti itu imajinasi imajinasi liar dapat masuk kedalam jiwa termasuk imajinasi yang membisikan kepada sang jiwa bahwa ia telah mengalami 'kemanunggalan dengan Tuhan',bahwa kini ia 'bukan lagi manusia'. maka keluarlah ucapan ucapan yang 'ganjil' bagi akal  seperti ungkapan 'ana al haqq' yang diucapkan Syech siti djenar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun