Konsep 'Ilmu pengetahuan' versi kaum empirik-materialistik
Dimana hati Tuhan ketika menciptakan alam semesta? Demikian pertanyaan seorang Kompasioner di artikel yang pernah saya buat. Itu adalah contoh sebuah pertanyaan yang mustahil bisa dijawab dengan menggunakan metodologi sainstifik. Sedang pertanyaan sejenis ini banyak bertebaran ketika kita memasuki ranah metafisika utamanya yang berkaitan dengan pembahasan masalah ketuhanan (teologi).
Masalahnya lalu, ketika peralatan ilmiah seperti metodologi sainstifik sudah tidak lagi berfungsi maka apakah manusia harus berhenti memikirkannya atau apakah ilmu pengetahuan harus diberhentikan hingga sebatas itu-sebatas metodologi saintifik masih bisa berjalan?
Ini adalah persoalan besar di ranah ilmu pengetahuan yang sering diabaikan oleh umat manusia.sebagian memang membatasi wilayah ilmu sebatas masih bisa ditelusuri oleh metodologi sainstifik walau itu hanya dengan berhipotesa semata.sehingga ketika mereka menemukan persoalan yang sudah berada diluar kemampuan metodologi sainstifik menelusurinya maka mereka mengeluarkan persoalan itu dari wilayah ilmu pengetahuan
Ya ,itulah positivisme yang membatasi konsep ilmu pengetahuan sebatas 'ilmu positive' - bentuk ilmu pengetahuan yang dapat ditelusuri serta dikelola melalui metode sainstifik.dan hal hal yang sudah tak bisa ditelusuri oleh metode sainstifik maka biasanya mereka menyerahkannya ke wilayah 'wacana filsafat',dan ketika wacana filsafat dianggap tak juga bisa menjawabnya maka mereka mengkategorikannya sebagai wilayah 'dogma' dan mereka memaknai 'dogma' itu sebagai 'suatu yang tidak bisa di ilmiahkan atau tak bisa dikaji secara ilmiah dengan menggunakan peralatan keilmuan'
Disinilah letak perbedaan besar antara definisi pengertian 'ilmu pengetahuan' versi Tuhan atau versi agama dengan versi manusia atau tepatnya versi kaum empiris atau versi kaum materialist.kaum empirik-materialist membentangkan wilayah ilmu pengetahuan hanya di sebatas wilayah alam material yang dapat diamati serta dikelola oleh pengalaman inderawi atau dapat di amati serta dikelola oleh peralatan sainstifik
Dan bisa ditebak bahwa dengan paradigma keilmuan versi kaum empirik-materialist-positivistik itu agama pun lalu seolah menjadi ter eliminasi dari wilayah ilmu pengetahuan dan didudukkan sebagai hanya wilayah dogma
Dan sebagai tambahan; adanya skeptisisme dalam dunia filsafat itu karena pengaruh kuat paradigma ilmiah kaum materialist ini,mereka-kaum skeptis menganggap persoalan kebenaran di level atau tingkatan tertentu (yang bersifat metafisis) sebagai suatu yang mustahil bisa dijawab.dan itu karena sebelumnya mereka menganggap paradigma ilmiah serta metodologi sainstifik sebagai paradigma serta metodologi keilmuan yang paling valid serta satu satunya yang dapat dipercaya.jangankan percaya kepada dalil dalil kitab suci,sebatas rasionalitas saja mereka ragukan kemampuan ilmiah nya
Konsep 'Ilmu pengetahuan' versi Tuhan-agama
Sedang definisi pengertian 'ilmu pengetahuan' versi Tuhan-versi agama tidak sesempit itu, karena konstruksi ilmu pengetahuan di ranah Ilahiah merangkum keseluruhan realitas baik yang bersifat fisik-lahiriah-material maupun yang bersifat non fisik-abstrak bahkan gaib.dan prinsip ilmu pengetahuan versi Tuhan itu bertumpu pada prinsip menyatu padukan dua dimensi realitas yang berbeda itu hingga dapat difahami secara menyatu padu atau dengan kata lain misi dari ilmu pengetahuan versi Tuhan adalah agar manusia dapat memahami dunia fisik-non fisik sebagai dua dunia yang saling berhubungan satu sama lain secara konstruktif-kausalistik-hingga mekanistik.dan bandingkan dengan kalau kita melihat serta memahami realitas dengan menggunakan kacamata sudut pandang positivisme maka kita akan melihat dunia fisik-non fisik sebagai dua kutub yang seolah tidak saling berhubungan secara sinkron atau sebagai dua kutub yang seolah saling terpisah satu sama lain
Itulah visi-misi ilmu pengetahuan versi Tuhan yang harus difahami utamanya oleh kaum intelektual-ilmuwan-akademisi-pendidik-pelajar sebagai dasar untuk mendalami konstruksi ilmu versi Tuhan.karena dunia fisik-metafisik itu sudah terbiasa difahami secara terkotak kotak oleh kaum akademisi yang lebih menyandarkan filosofi keilmuannya pada paradigma ilmiah materialist misal menempatkan dunia fisik yang dapat ditelusuri sains sebagai ranah ilmiah sedang di sisi lain menempatkan wilayah non fisik sebagai wilayah filsafat-agama-moralitas-dogma-bukan dianggap sebagai ranah ilmiah