Demikian itu karena alam fikiran itu substansi nya bersifat kualitatif- tidak bersifat kuanitatif,ia dapat dinilai tetapi tak dapat dihitung atau di pecah menjadi beberapa bagian sebagaimana yang dapat dilakukan terhadap obyek material
Sebab itu alam fikiran itu bisa menjadi suatu yang identik serta menyatu dengan 'keabadian' karena keabadian itupun adalah suatu konsep yang bersifat kualitatif -hanya dapat dinilai tetapi tidak dapat dihitung atau dipecah,beda dengan kesementaraan yang dapat dihitung serta dipecah kepada beberapa beberapa bagan.contoh; dalam dimensi kesementaraan kita mengenal perhitungan kalender,kemudian ada dimensi masa kecil,masa muda serta masa tua,ada dimensi masa lalu masa kini dan masa depan,hal hal yang tidak ada dalam konsep keabadian
Idem, demikian pula karakter dari 'ruh' yang merupakan wadah atau tempat dari semua fikiran bereksistensi,fikiran dapat hidup-bergerak (atau 'berfikir') karena ia ada dalam ruh,analoginya ibarat ikan dapat hidup serta bergerak kesana kemari karena ia berada dalam air.dan itu sebab kita bisa mengatakan bahwa ruh-alam fikiran adalah element dari keabadian dan sebab itu keduanya berdimensi abadi serta memiliki karakteristik yang dapat abadi
Dalam kesementaraan kita mengenal tiga dimensi waktu : masa lalu-masa kini dan masa depan dan ketiga dimensi waktu itu menempatkan manusia pada ruang-tempat yang bisa berbeda beda,manusia dapat menjalani masa kecil-masa dewasa serta masa tua pada tempat yang bisa berbeda beda dengan realitas pengalaman yang berbeda beda,tetapi ketiga dimensi waktu itu akan bermuara dengan menyatu pada alam fikiran saat ini karena ruh bersifat menyatukan bukan bersifat memecah belah atau menyekat
Itu sebab dalam persfectif keabadian yang  kita kenal serta yang akan familiar adalah 'disini-saat ini' sementara persfectif kesementaraan memecah manusia pada dimensi ruang waktu serta realitas-pengalaman yang berbeda beda
Sebab itu ada dua persfectif-kacamata sudut pandang yang berbeda atau yang dapat menimbulkan efek yang berbeda bila kita menggunakannya yaitu persefectif kesementaraan dan persfectif keabadian.bila kita melihat segala suatu dari persfectif kesementaraan maka fikiran kita cenderung terpecah belah,tersekat,terbagi,terkotak kotak,sedang bila kita melihat segala suatu dari persfektif keabadian maka alam fikiran kita cenderung akan menyatu,karena persfektif keabadian bersifat menyatukan hal-element yang berbeda beda-beraneka ragam
Lalu kapan kita harus menggunakan perfectif kesementaraan serta kapan kita menggunakan persfectif keabadian ? ... semua ada moment serta waktunya tentunya.yang jelas,adanya dua dimensi waktu yang berbeda antara kesementaraan dan keabadian hal itu tentu menimbulkan efek adanya persfektif-pandangan hingga ke filosofi yang berbeda.yang harus diingat adalah, manusia tak akan pernah dapat memahami apa itu 'keabadian' tanpa berkomunikasi dengan Tuhan serta agama tentunya.sebab hanya Tuhan yang dapat memberikan hal itu kepada manusia
Tetapi nampaknya (bahasan dua fersfektif yang berbeda) itu harus dibahas pada artikel berikut,sebagai pembuka artikel singkat ini mudah mudahan cukup memadai
.............
Lebih jelasnya,salah satu tafsiran dari judul diatas adalah : berfikirlah tentang masa lalu dengan segala kenangannya,maka intisari-saripati maknanya akan hadir dalam alam fikiran saat ini.dan berfikirlah tentang masa yang akan datang hingga sejauh jauhnya hingga ke alam setelah kematian kelak maka intisari-saripati malna nya akan hadir dalam alam fikiran saat ini
Itu karena alam fikiran itu memiliki kapasitas serta kualitas yang dapat menangkap obyek dari berbagai arah dan menyatukannya dalam satu muara- titik pengertian