Mohon tunggu...
Muhammad Zainuddin
Muhammad Zainuddin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sinau nulis

Suwong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mbah Korona dan Idul Fitri

29 Mei 2020   15:20 Diperbarui: 29 Mei 2020   15:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya lebih suka menyebut Covid-19 ini dgn panggilan Mbah Korona.  Dan Hari raya Idul Fitri ini Jatuh tepat saat muncul Mbah Korona, Saya tidak berani menyebutkan penyakit karna bagiku Covid-19 ini makhluk dan semua mahluk ciptaan Tuhan.

Bagiku kita bisa bersahabat dan berdamai dgn Mbah Korona, dalam arti tidak di perbudak oleh rasa ketakutan berlebihan. Dan kita pun tidak boleh takabur.

Seandainya Mbah Korona ini tidak pergi kita siap beradaptasi dan berdamai,
lihat ke belakang contoh sepeti flu, masuk angin, batuk, sakit kepala, kita pun bisa berteman dgn mereka, berjumpa, menemani kita, dan Akhirnya bisa beradabtasi dgn mereka. Dan tetap kita di anjurkan jaga kesehatan, kebersihan.

Sekarang orang beranggapan maupun berkomentar kalau lebaran kali ini tidak seperti biasa sepi tanpa keramaian tanpa kerumunan tanpa berjamaah dan tak semeriah lebaran2 edisi sebelum nya.

Saya berfikir orang-orang yg beranggapan seperti itu kurang bersyukur, sebab kita masih di beri nafas untuk berjumpa bulan puasa, berjumpa dengan lebaran itu nikmatinya luar biasa.
Apakah kita masih mengeluh??

Walaupun mungkin banyak yg merasa terdampak, terutama saya juga, ada yg tidak bisa mudik, tidak bisa berkerja lagi, penjualan sepi, pendapan menurun, omset menurun, merugi,  tapi semua ini pasti ada hikmahnya, dan pasti ada jalan, semua pasti di beri kemudahan kebahagian tergantung kita mensyukurinya.

Dan kebahagiaan itu mulai dari hati dan kebahagian itu dirasakan sekarang, bukan di rasakan nanti, di rasakan kemarin, dirasakan yg akan datang.

Jadi saya inget kata2 Mbah Nun (Cak Nun)
"Kalau km makan tempe jgn membayangkan makan sop buntut, membayangkan sea food, membayangkan sate, akhirnya yg di bayangin tidak kesampai an dan tempe nya jadi gak enak."

Lebaran kali ini kita mungkin lebih di fokuskan  lebaran di dalam hati, fokuskan bersihkan hati dan bersiraturrohmi dari hati ke hati, saling mendoakan lewat hati, Dan Lebaran kali ini Yg lebih berperan sepenuhnya hati,rohani, bukan fisik raga jasmani.

Saya jadi berfikir Alam pun sepenuhnya yg berlebaran, alam menikmati nya, alam pun sembuh setelah sebelum nya terkena racun, polusi, limbah, kebakaran.

Di hari fitri ini alam merayakan kemenangan, alam pun mulai bicara kita disuruh berintrospeksi, sadar diri dan tidak congkak dgn kesombongan teknologi yg merasa paling canggih dan merasa melampaui alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun