Mohon tunggu...
Txt Dari Politikus
Txt Dari Politikus Mohon Tunggu... Konsultan - Agent of Change

Konsultan Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

3 Kali Dipenjara, Tak Cukup Membuat Abdullah Hehamahua Cinta Pancasila?

3 Mei 2021   09:37 Diperbarui: 3 Mei 2021   10:10 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lari seperti penjahat di era Soeharto, muncul kembali bak seolah pahlawan kesiangan pasca reformasi. Abdullah Hehamahua kembali berulah dengan kehadirannya yang meramaikan perpolitikan dengan Masyumi reborn, dengan memberikan pernyataan kontrovesial sehabis pertemuan dengan presiden Jokowi.

Abdullah Hehamahua mengatakan, pertemuan dengan presiden Jokowi yang digelar pada 9 Maret 2021 yang lalu seolah mengibaratkan Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) sebagai Nabi Musa bertemu Jokowi sebagai Fir'aun. Sadis memang mulut manusia yang pernah melarikan diri ke Malaysia akibat buron di era Soeharto. Pada saat itu pertemuan tersebut, Hehamahua yang menjadi ketua TP3 tidak sendiri, melainkan the one only Amien Rais. Ya sudah cocok berdua ini kalo ketemu ya bakal taulah arahnya ke mana kalo gak bikin heboh ya gak makan mereka.

Bukan tanpa sebab pernyataan tersebut keluar dari mulut Hehamahua. Menurut dia, pernyataan itu lantaran surat yang dikirimkan kepada presiden baru dibalas satu bulan kemudian. Cie... ngambek kaya anak kecil, lagipula ada urusan yang lebih penting ketimbang memikirkan sekelompok orang tua yang gila legitimasi.

Pernyataan kontroversi tersebut akhirnya menimbulkan kekacauan yang mengakibatkan beberapa politikus, seniman hingga organisasi islam mengecam tindakan Hehamahua, di antaranya Ferdinand Hutahean, Ade Armando, Sudjiwo Tedjo, PBNU hingga MUI.

Pasca dikecam habis-habisan, Hehamahua buru-buru mengklarifikasi pernyataan tersebut, dengan berdalih bahwa pernyataan itu hanya analogi. Maka, bukan berarti bahwa ia menganggap Presiden Jokowi sebagai Fir'aun. Nah, omongannya gak bisa dipertanggungjawabkan, makin ketahuan nyalinya seperti apa, tapi untungnya gak kabur lagi kaya sudah-sudah.

Rupanya, bola panas tersebut sengaja digulirkan agar namanya tetep eksis. Ya syukur-syukur Masyumi reborn ikut kecipratan efeknya. Dilihat dari jejak Hehamahua yang bersikeras membangun citranya yang telah hancur di era Soeharto. 

Hancurnya nama Abdullah Hehamahua, disebabkan oleh dirinya sendiri. Pada saat pemerintahan Soeharto, Hehamahua pernah dipenjara 3 kali atas tindakannya. Pertama, tahun 1967 yang mencoba memakzulkan pemerintahan yang sah yaitu Soeharto. Kedua, ditahan karena menulis artikel di koran mahasiswa tentang kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dengan polisi. Ketiga, pada tahun 1974 Hehamahua ditangkap bersama empat temannya yang berasal dari partai Masyumi karena menolak Pancasila sebagai Ideologi negara yang mengakibatkan kerusuhan di wilayah Jakarta yang dikenal sebagai peristiwa Malari.

Buntut panjang atas penolakan Pancasila sebagai ideologi negara, mengakibatkan meletusnya kerusuhan yang terjadi di Tanjung Priok pada tahun 1984. Pada saat yang bersamaan Hehamahua melakukan pengasingan diri ke negara tetangga Malaysia hingga 15 tahun lamanya dan ditetapkan buron oleh pemerintah pada saat itu.

Setalah turunnya pemerintahan Soeharto, Abdullah Hehamahua yang pada saat itu mencoba mencalonkan diri sebagai ketua pimpinanan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tepatnya pada tahun 2011, baru berani mengklarifikasi bahwa dirinya tidak tahu dan tidak terlibat masalah kerusuhan itu. Lucu ya... tidak terlibat eh malah melarikan diri, nih kalo gak percaya ada link beritanyaa

https://www.tribunnews.com/nasional/2011/11/29/abdullah-pernah-dipenjara-atas-tuduhan-tolak-pancasila

Yang jadi pertanyaannya, kok bisa ya orang yang jelas-jelas menolak Pancasila berani mencalonkan diri sebagai ketua KPK, ya walaupun kalah sih. Tetapi, dia malah mendapat kepercayaan oleh DPR pada saaat itu menjabat sebagai penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nampaknya menjadi penasihat KPK tak menjamin legitimasi dirinya mendapatkan porsi pemberitaan... kasian deh lu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun