Mohon tunggu...
ANIK TWIN
ANIK TWIN Mohon Tunggu... Guru - Guru SD dan Pengelola PAUD

membuka cakrawala dengan budaya literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori-teori Perkembangan Anak

5 Desember 2018   23:43 Diperbarui: 5 Desember 2018   23:59 1903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Menurut Piaget

Teori perkembangan Piaget ini digolongkan ke dalam konstruktivisme. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: Asimilasi, Akomodasi dan Equilibrasi. Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kognitif perlu disesuaikan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia.

Tahapan Piaget mengenai perkembangan intelektual adalah :
Pertama Sensorimotor (sejak kelahiran s/d usia 2 tahun), yaitu
membedakan diri sendiri dengan setiap objek. Mengenal diri sebagai pelaku
kegiatan dan mulai bertindak dengan tujuan tertentu. Menguasai keadaan
tetap dari objek atau menyadari bahwa benda tetap ada meskipun tidak lagi
terjangkau oleh indra. Kedua, Praoperasional (2-7 tahun), yaitu belajar
menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan imajinasi dan katakata. Berpikir masih bersifat egosentris, atau mempunyai kesulitan menerima pandangan orang lain. Mengklasifikasikan objek menurut satu tanda. Ketiga, Operasional/konkret (7-12 tahun), yaitu mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian. Menguasai konservasi jumlah, jumlah tak terbatas, dan berat. Mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya dalam satu seri berdasarka satu dimensi, seperti ukuran.
Keempat, operasional formal (12 tahun ke atas), yaitu mampu berpikir logis
mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis. Menaruh
perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis.

Teori Piaget menyajikan suatu pandangan luas mengenai
pengembangan kognitif. Ini merupakan teori paling lengkap sampai
sekarang dan telah banyak mempengaruhi penelitian tentang cara anak-anak
memikirkan dunia dan memecahkan masalah. Sebagian besar studi
menunjang observasi Piaget mengenai urutan perkembangan kognitif,
meskipun usia pada saat anak-anak mencapai berbagai tahapan yang
beragam, tergantung pada berbagai faktor seperti intelegensi dan
pengalaman. Misalnya anak-anak yang berasal dari keluarga kelas menengah
mengembangkan konsep konservasi lebih awal dari pada anak-anak yang
berasal dari keluarga miskin.

Konsep Perkembangan Kognitif Piaget, perkembangan merujuk pada bagaimana orang tumbuh, menyesuaikan diri, dan berubah sepanjang perjalanan hidupnya melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosi, perkembangan kognisi (pemikiran), dan perkembangan bahasa. Jadi, perkembangan adalah pertumbuhan, penyesuaian, dan perubahan yang teratur dan berlangsung lama sepanjang perjalanan hidup. Teori tentang perkembangan manusia ada sangat banyak, diantaranya adalah teori perkembangan kognisi dan moral Jean Piaget, teori perkembangan kognisi Lev Vygotsky, teori perkembangan pribadi dan social Erik Erikson, dan teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg. Piaget, Vygotsky, Erikson, dan Kohlberg terpusat pada aspek perkembangan yang berbeda. Namun demikian, semua adalah pakar teori tahap karena mereka sama-sama mempunyai keyakinan bahwa tahap-tahap perkembangan yang jelas dapat diidentifikasi dan dijelaskan.

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan
objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri
dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta
objek-objek sosial seperti diri, orangtua, dan teman. Bagaimana cara anak
mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan
dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan
tentang objek-objek dan peristiwa tersebut.

Piaget mempelajari mengapa dan bagaimana kemampuan mental
berubah lama-kelamaan. Bagi Piaget, perkembangan bergantung sebagian
besar pada manipulasi anak terhadap interaksi aktifnya dengan lingkungan.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan. Teori
perkembangan kognisi Piaget menyatakan bahwa kecerdasan atau
kemampuan kognisi anak mengalami kemajuan melalui empat tahap yang
jelas. Masing-masing tahap dicirikan oleh munculnya kemampuan dan cara mengolah informasi baru. Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental. Piaget mengambil perspektif organismik yang memandang perkembangan kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan bawaan untuk
beradaptasi dengan lingkungan.

Paradigma konstruktivisme oleh Piaget melandasi
timbulnya strategi kognitif, disebut teori meta cognition. Meta cognition
merupakan keterampilan yang dimiliki oleh siswa-siswa dalam mengatur dan
mengontrol proses berpikirnya, menurut Preisseisen meta
cognition meliputi empat jenis keterampilan, yaitu: Pertama, Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternative pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. Kedua, Keterampilan Pengambilan Keputusan (Decision making), yaitu
keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui
pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap
alternative, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik
berdasarkan alasan-alasan yang rasional. Ketiga, Keterampilan Berpikir Kritis (Critical thinking), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argument dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias dari argument, dan interpretasi logis. Keempat, Keterampilan Berpikir Kreatif (Creative thinking), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan gagasan yang baru, konstruktif berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi, dan intuisi individu. Keterampilan-keterampilan di atas saling terkait antara satu dengan yang lainnya, kadang pada saat yang bersamaan seseorang menggunakan strategi kognitifnya untuk memecahkan masalah, maka dia menggunakan keterampilan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif sekaligus.

2. Menurut Lev Vygotsky

Perkembangan kognitif dalam pandangan Vygotsky diperoleh melalui dua jalur, yaitu proses dasar secara biologis dan proses psikologi yang bersifat sosiobudaya (Elliot, et.al, 2000: 52). Studi Vygotsky fokus pada hubungan antara manusia dan konteks sosial budaya di mana mereka berperan dan saling berinteraksi dalam berbagi pengalaman atau pengetahuan. Oleh karena itu, teori Vygotsky yang dikenal dengan teori perkembangan sosiokultural menekankan pada interaksi sosial dan budaya dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif. Perkembangan pemikiran anak dipengaruhi oleh interaksi sosial dalam konteks budaya di mana ia dibesarkan. Menurut Vygotsky (Salkind, 2004: 278), setiap fungsi dalam perkembangan budaya anak akan muncul dua kali yaitu pada mulanya di tingkat sosial dalam
hubungan antarmanusia atau interpsikologi, kemudian muncul di tingkat personal dalam diri anak atau intrapsikologi. Hal ini berarti, perlu mengetahui proses sosial dan budaya yang membentuk anak untuk memahami perkembangan kognitifnya.

Sociocultural Constructivist, teori ini dikemukakan oleh Lev Vygotsky (Bruning dkk, 1995; Khodijah, 2016). Teori ini berpandangan bahwa pengetahuan berada dalam konteks sosial, karenanya ditekankan pentingnya bahasa dalam belajar yang timbul dalam situasi-situasi sosial yang berorientasi pada aktivitas (Eggen & Kauchak, 1997; Khodijah, 2016). Menurut Vygotsky, anak-anak hanya dapat belajar dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas aktivitas bermakna dengan orang-orang yang lebih pandai. Dengan berinteraksi dengan orang lain, siswa memperbaiki pemahaman dan pengetahuan mereka dan membantu membentuk pemahaman tentang orang lain. Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat sosial tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (dapat dikategorikan sebagai interpsikologis atau intermental), dan tataran psikologis di dalam diri orang yang
bersangkutan (dapat dikategorikan sebagai intrapsikologis atau intramental).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun