Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Selamat Menunaikan Libur Panjang

30 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 31 Oktober 2020   05:47 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi by: https://netivist.org dan olahan pribadi

Dengan membaca, saya dan mungkin kamu, akan menjadi lebih peka dengan waktu dan keadaan. Kamu akan lebih menikmati hidup yang berjalan seperti roller coaster ketimbang komidi putar. Meski hidup melambungkanmu jatuh, ia akan mengangkatmu lagi seperti tanah yang menghidupkan benih.

Jadi, mumpung masih ada waktu, yuk selesaikan bacaanmu.

Kedua, merapikan kehidupan.

Kehidupan yang saya maksud bukanlah dalam arti luas seperti yang tertera di buku psikologi, namun lebih kepada pekerjaan rumah yang sering kamu lewatkan karena terlampau sibuk dalam sehari-hari. 

Libur panjang seperti ini sangat cocok untuk mengganti seprei yang mulai kusut, merapikan tumpukan baju yang menggunung, membuang botol sampo yang berserak di kamar mandi, dan juga mencuci semua stok sepatumu, sehingga ketika ingin pergi kamu bisa memilih sepatu mana yang ingin kamu pakai. 

Kamu juga bisa mengganti tata letak kamar untuk memperbarui suasana. Saya biasa memajang lukisan di atas rak buku, yang kemudian saya ganti sekitar sebulan sekali. Walau ukurannya cukup kecil, tapi lukisan itu mampu membuat suasana kamar terasa baru.

Jika kamu tidak suka menambah ornamen, cukup bersihkan kamar hingga ke sudut yang jarang terjangkau, seperti kolong tempat tidur; sela-sela lemari; dan rak buku sebelum mengepelnya dengan pewangi. Setelah itu, bukalah jendela dan pintu kamar agar udara terganti. Dijamin, bau pewangi yang bercampur dengan udara segar bisa membuat pikiranmu lebih tenang dan nyaman.

Ketiga, belajar memasak.

Tahukah kamu, salah satu dari skill yang harus kamu kuasai untuk bertahan hidup adalah memasak?

Walau kini banyak warung makan yang tersebar di mana-mana, kita tetap tidak tahu kapan hal darurat akan terjadi. Seperti misalnya, kita tidak tahu kapan akan tersesat di pulau tak berpenghuni, jauh dari peradaban apalagi warung makan, sementara perut kita terus menabuh gendang. Dan ya, kita butuh makan untuk dapat bertahan.

Jujur saja, saya termasuk orang yang sangat jarang memasak. Sejak kecil, saya lebih didorong untuk berkegiatan bersama buku dibanding alat memasak. Hal ini dikarenakan ibu saya beranggapan bahwa kegiatan saya di dapur terlalu lama sehingga bisa menghambat proses memasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun