Saya membaca kalimat menggelitik itu pada sebuah bilbord dalam satu perjalanan pagi yang santai dan rutin.Â
Kalimat iklan yang lengkapnya Uang Bisa Dicari, Kenangan Susah DiGanti, Gadai Aja Dulu! milik Pegadaian.Â
Kebetulan hari ini cerah, tidak seperti kemarin. Langit biru dan awan putih menyebar dimana-mana. Sehingga kata-kata itu seperti lelucon yang menyempurnakan suasana hati.
Uang bisa dicari!
Ya. Setiap hari hampir tidak bisa dilepaskan dari "yang bisa dicari". Ia merujuk pada sesuatu yang tersedia namun tidak bisa diambil suka-suka. Harus ada yang diberikan, seperti kerja, sebagai padanannya.Â
Walau terdengar agak mekanik: tak ada usaha, tak ada hasilnya! kalimat imperatif ini telah menjadi sentral dalam banyak hal.
Dari perkara motivasi individu hingga nasib sebuah bangsa.
Tapi kita tidak harus masuk kedalam percakapan yang pelik dari perkara kerja, alasan-alasan menjadi manusia, hingga nasib sebuah bangsa yang dipaksa menjadi penyedia buruh murah, misalnya.Â
Atau menjadi (kembali) curiga dengan peringatan lama.Â
Bahwasanya sekolah atau sistem pendidikan bertingkat-tingkat yang mencecoki kita tentang hidup sukses dan jalan karir yang ideal tidak lebih dari usaha untuk melegitimasi sistem-sistem perburuan uang.