Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Musik Radio atau Cerita Bertetangga Secara Sendu

15 Oktober 2020   10:04 Diperbarui: 25 Oktober 2020   20:10 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Laman Twitter S Aji

Dus, berbagi kesenduan lewat radio di pagi hari jadi tampak seperti dosa. Bukan tipe manusia modern, blas!

Entahlah, ini bukan soal benar tidaknya, patut tidaknya. Cerita ini hanya semacam kesaksian yang tidak canggih dari perjumpaan kembali dengan kota kecil yang tidak saya tinggali hampir dua tahun terakhir. 

Jalan-jalannya masih sama, lampu merahnya masih yang itu-itu juga. Keruwetannya pun masih berlangsung sama. Tempat dimana saya sering pergi makan juga masih sama, masih bertahan. Namun mendengarkan musik radio yang sendu bukanlah peristiwa harian dan rutin.

Berbagi yang seperti ini atau lebih tepatnya bertetangga secara sendu begini terasa mewakili geliat nadi jelata di lapis bawah tatanan, sebagaimana jamak kita jumpai di terminal atau dalam angkutan yang bolak-balik mengantar orang ke tempat-tempat yang jauh. Orang-orang mungkin ingin berdamai dengan cara berbagi kesenduan seperti itu.

Mungkin juga saya. Dan ketika matahari mulai menguasai langit, saya harus berhenti. Bergegas membereskan urusan-urusan saya sendiri.

Selamat Pagi, Sampit!

***  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun