Alejandro Sabela (2011-2014) mungkin mewakili sedikit pengecualian karena Messi, dkk mampu dibawanya meraih tempat kedua di piala dunia Brasil 2014. Sedangkan Sampaoli yang sukses membuat Chile menjadi kuda hitam di Copa America, ternyata cuma proyek kebingungan yang naas. Di piala dunia 2018, Argentina dibikinnya medioker di depan Pogba, dkk.Â
Sepertinya, Argentina tak punya lagi kualitas selevel Cesar Luis Menotti dan Carlos Bilardo, dua nama yang sukses memaksimalkan Mario Kempes,dkk (Argentina, 1978) dan Daniel Pasarell, dkk (di Mexico, 1986).Â
So, kita menyaksikan Messi dengan nasib ganjil untuk negaranya karena tahun-tahun yang cemerlang tidak selalu berlaku universal.Â
Messi tidak cukup memiliki syarat-syarat yang memungkinkannya mereplikasi cerita sukses di klub ke level negara. Messi bukan Messiah untuk negaranya jika kita meletakkan Mesiah sebagai figur sentral dari terpenuhinya harapan-harapan.Â
Messi tidak berada di daftar itu. Tidak untuk sejarah yang se-patriotik itu.Â
Walau begitu, tidak ada yang berani mengatakan sepakbola zaman Messi adalah salah satu anugerah yang pernah diciptakan sejarah manusia. Di dalamnya ada keindahan, kecepatan, kejeniusan dan kualitas lain yang melekat dalam sejarah Messi. Bahkan ketika Neymar mengada, Mbappe mulai menimbulkan decak kagum dan "cocokologi", Messi tetaplah jenius tiada tanding.Â
Mungkin ada Ronaldo di sana tapi Messi adalah kualitas yang tidak muncul dalam 1000 tahun.Â
***Â