Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Freelancer - Nomad Digital

Udik!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tidak Ada Messi(ah) di Argentina Utama

4 Juli 2019   11:10 Diperbarui: 4 Juli 2019   15:48 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lionel Messi | Sumber: Barca Blaugranes

Tapi...

Dari semua ini, dengan segala daftar pencapaian pribadi dan klub yang mentereng selama kurang lebih satu dekade, itu tidak cukup membuatnya meneruskan takdir yang lebih dahulu dituliskan Maradona. Sebaliknya, daya magis hasil sekolah La Masia selalu tampak sebagai bayang-bayang. Selalu hanya bayang-bayang.

Bayang-bayang yang selalu rentan mendapatkan penghakiman sebagai konsekuensi dari harap yang tak terjadi, dari mimpi yang tidak terlaksana.  


Saya tidak ingin mengulangi kritik Jorge Voldano seperti yang pernah dimuat di Arti Messi, Pasang Surut Argentina dan Peringatan Voldano, Juni setahun lalu.

Yang pasti, tidak ada yang berbeda apalagi baru manakala kita mengatakan nasib ganjil Messi di level senior dikarenakan tidak memiliki kolaborator seperti Xavi dan Iniesta-dua jenius lapangan hijau yang sama diproduksi dari didikan filosofi mendiang Johan Cruyff. Messi hanya mungkin menjadi super karena ia memiliki dukungan dari kecerdasan Iniesta dan visi bermain Xavi. 

Singkat kata, Messi tidak memiliki sepadan yang menjadikannya mimpi buruk di markas Real Madrid. Pesepakbola Argentina lain yang bermain dan menjadi bintang di bawah gemerlap liga Inggris, Spanyol dan Italia atau dari kompetisi domestik seperti menjadikan dirinya sepadan pagi Messi. 

Yang tak kalah mendasar dari problem sepadan di lapangan, Messi belajar dan mengembangkan kemampuan bermain melalui filosofi dan sistem yang bertahun-tahun mendidiknya sejak hijrah ke Spanyol. Sejak usia remaja, Messi sudah menunjukan jika ia adalah bakat yang langka, milik Argentina-yang celakanya melahirkan Maradona-dan tidak akan pernah muncul dari cara yang tiba-tiba. 

Didikan La Masia membuatnya menembus potensi-potensi yang menjadikannya "alien". 

Terakhir, ada jenius yang bekerja di samping lapangan. Mereka yang berpikir, mengembangkan taktik dan menginternalisasi kedalam cara bermaian yang membuat Messi bisa selalu berada di level "alien".  Tidak banyak yang bisa menjadi sepadan bagi Messi di fungsi ini. Dalam sejarah klub, saya kira hanya tiga sosok (sekali lagi): Rijkaard, Guardiola dan Enrique.

Di level timnas utama? Tidak ada!

Bahkan ketika Jose Pakermen yang menjadikan La Pulga sebagai yang terbaik di piala dunia U-20 membawanya ke tim utama di piala dunia 2006., piala dunia dimana Scaloni masih bermain sebagai defender.  Termasuk ketika dilatih Marcelo Bielsa, si jenius gila dan si Boncel yang kelebihan omong besar kala jadi pelatih: Maradona. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun