Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Polemik Becak dan "Peringatan" Sebuah Humor

17 Januari 2018   15:35 Diperbarui: 19 Januari 2018   09:22 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Becak di Jakarta tempo dulu | Republika

Gara-gara becak hendak dikembalikan ke jantung megapolitan yang terus disebut sebagai barometer inilah, itulah, apalah..apalah, saya terus terkenang sebuah cerita Mop alias humor dari tanah Papua. 

Dikisahkan seorang tukang becak tersinggung dikarenakan pada satu kesempatan, rute yang dia lewati sehari-hari menjadi lebih lambat karena serombongan motor gede jenis Harley Davidson sedang pamer level kelasnya. Ditambah lagi, di barisan depan, ada pengawalan Voorijder. Kampret, tuan kolonial sudah pergi, mentalitasnya masih awet dan berkembang biak, batin Franz Fanon dari balik nisannya.

Maka, sebagai bagian dari yang disebut representasi dari "non-motorised transport (NMT)", abang becak kita yang tersinggung ini mengajak balapan rombongan motor berkapasitas 1130 cc dengan tenaga dorong 115 horse power. Singkat cerita, balapan disetujui. Rute yang menjadi sirkuitnya dipilih yang berbukit-bukit, naik turun dan melingkar. Serupa rute dari Abepura ke Jayapura. 

Tiga..dua..satuuu---tanpa menggunakan perempuan seperti di film Fast and Furious--si abang becak mangayuh becaknya sepenuh daya. Demikian pula dengan si tukang pamer. Wuuuuuuuush..wuuussh..wuuussh. Posisi keduanya terus sejajar hingga menjelang finish. Tiba-tiba..blaaassshh...!!

Ada apa? Si tuan Harley terkejut. Suara seperti ban pecah meledak di sampingnya. Gas motor sekejap mengendur. Sementara kayuhan becak melaju laksana angin. Duluan tiba di garis akhir. Si abang tentu saja memasang wajah gembira. Becak mengalahkan Harley meeen..kapan lagi selain dalam cerita khayali?!

Tuan Harley makin terkejut dan tak percaya dengan kekalahannya. Ketika hendak menjabat tangan si abang, dia lantas, "Huuahahahaha.." 

"Kenapa? Kalah kok ketawa...sakit jiwa, Lu?" tanya abang becak kita.

"Betismu, betismu, Bro."

Suara ban pecah tadi adalah suara betis yang pecah berserak. Mengayuh melebihi level endurance-nya. Hiikz.

Mengenang Mop ini, diperhadapkan dengan rencana gubernur Jakarta, tidak lagi membuat saya ketawa. Silahkan bagi Anda yang mau ketawa, ketawa dulu deh. Sesudahnya baru lanjut. 

Mengapa sa tidak bisa ketawa? Karena hal-hal berikut ini....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun