Sekolah idaman adalah sekolah yang mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan bagi seluruh warga sekolahnya, terutama bagi murid untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa sekolah hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan kemerdekaan bagi murid untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya.Â
Sekolah seharusnya mampu melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik seperti ancaman, tekanan, bullying, dan pemaksaan terhadap murid. Sekolah seharusnya juga mampu menumbuhkan motivasi intrinsik agar murid mau menerapkan budaya positif tanpa adanya dorongan atau paksaan dari orang lain.
Faktanya sekolah belum mampu sepenuhnya menumbuhkan dan mewujudkan budaya positif. Murid menerapkan budaya positif hanya karena ingin mengindari hukuman atau ketidaknyamanan dan hanya karena ingin mendapat pujian atau penghargaan. Akibatnya, murid hanya menerapkan budaya positif pada saat di depan guru saja. Didalam diri murid belum tumbuh kesadaran diri bahwa budaya positif hendaknya diwujudkan dengan motivasi intrinsik bukan ekstrinsik.
Untuk itu, sekolah harus mampu membiasakan murid untuk menerapkan budaya positif melalui disiplin positif dan pembiasaan-pembiasaan positif seperti menerapkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), menanamkan nilai-nilai kebajikan universal melalui keyakinan kelas, mendorong murid untuk membersihkan lingkungan kelas dan sekolah, dan menegakan disiplin positif dengan segitiga restitusi. Kegiatan penerapan budaya positif ini, hendaknya dilakukan secara kontinyu dan konsisten. Guru harus mampu menjadi teladan yang baik bagi muridnya untuk mewujudkan budaya positif.
Langakh-langkah untuk mewujudkan budaya positif
- Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan aksi nyata budaya positif
- Menyusun program aksi nyata budaya positif
- Melakukan sosialisasi kepada kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan murid tentang konsep budaya positif (teori control, disiplin positif, nilai-nilai kebajikan universal, keyakinan kelas, teori motivasi, perbedaan hukuman, penghargaan, konsekuensi, dan restitusi, 5 kebutuhan dasar manusia, 5 posisi control, segitiga restitusi) dan  pentingnya menumbuhkan dan mewujudkan budaya positif
- Menjelaskan kepada murid tentang pentingnya membuat keyakinan kelas sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal yang mereka percayai atau yakini
- Memfasilitasi murid dalam membuat keyakinan kelas
- Mendorong motivasi intrinsik murid untuk melaksanakan keyakinan kelas secara konsisten dan kontinyu
- Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (aman, nyaman, dan menyenangkan)
Untuk mewujudkan budaya positif diperlukan komitmen dan kolaborasi seluruh warga sekolah, wali murid, dan lingkungan sekitar. Tanpa adanya dukungan dari pihak terkait maka budaya positif juga akan sulit terwujud.