Mohon tunggu...
husaini arekha
husaini arekha Mohon Tunggu... Tutor - Perintis,penggerak,peduli

Knowledge seeker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Istana dalam Loka, Kini

18 Desember 2018   20:43 Diperbarui: 18 Desember 2018   21:15 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diam mematung dan sepi.

113 tahun sudah ia berdiri kokoh menyaksikan peradaban bergulir, pusat keagamaan, adat. Bala rea atau yang akrab di sebut Istana dalam loka kembali bergeming, istana dalam loka menemani denyut perkembangan adat tau samawa. Istana dalam loka bukan semata bangunan tua,gedung atau balai , tetapi menjadi simpul yang menyatukan suku samawa dari tano sampai tarano,iya adalah istana , lebih dari itu iya mengagungkan lewat simbol dan segala tata bangunan. Istana ini agamis, juga tangguh. Sebuah bangunan yang mewakili kehebatan di masa lampau.

Istana dalam loka di bangun lebih dari seabad silam oleh tuan sultan Muhammad jalaluddin III ,beliau adalah keturunan dewa dalam bala, di bangun atas kehendaknya menegakkan simbol -- simbol keagungan tuhan di bawah impralisme belanda kala itu, sultan bermulia budi, beliau sangat paham yang harus di lakukan di tengah tekanan koloni, "menegakkan syariat melalui penguatan adat", yang ratusan kemudian ke depan, 

Syukri rahmat,seorang tokoh agama di era modern sumbawa menyebutnya sebagai, "adat kita adalah syariat'' ungkapnya dalam sebuah temu di ruang istana. Dengan segala nyali dan keyakianan, sultan jalaluddin III membangun istana dengan 99 pilar , bertiang jati yang kokoh sebagai simbol penopang kehidupan budaya yang ingin iya wariskan, yang juga semua orang sumbawa tau, 99 tiang adalah 99 keagungan tuhan dalam asmaul husna. Sultan menginginkan samawa menjadi central peradaban islam .

KESEPIAN

Istana yang awalnya sempat menjadi sentral pemerintahan samawa di era kerajaan ,atau pra kemerdekaan kemudian sempat hilang di telan perubahan system, Istana saat itu diambil alih ,artinya segala bentuk kearifan lokal juga system yang pernah di bangun berubah total, bukan sebuah petaka sebenarnya, namun perubahan system tidak sedikit mengikis nilai -- nilai yang hendak di cita -- citakan oleh sang keturunan dewa dalam bala saat itu, sebuah keinginan untuk memuliakan tuhan melalui adat itu.

Akibatnya Puluhan tahun setelah bungkam dan terninahbobokan oleh arus modernisasi yang kian tak terbendung. Istana kehilngan pesona, kehilangan marwah, anak -- anak bahkan sempat menyebutnya sebagai istana berpenghunikan jin dan karatan.

Asa sempat dibangun oleh Jamaludin malik pada 2010,  dengan memanggil pulang keturunan dewa dalam bala, Daeng Moh. Abdurrahman (DMA) Kaharuddin dari negeri rantauan yang kemudian di kukuhkan sebagai sultan kaharuddin IV.Sumbawa sempat kembali hidup, nilai -- nilai adat yang bersendikan syariat itu menguap, iya di perbicangkan dimana -- mana,rakyat kegirangan . Namun iya tetaplah peradaban yang kesepian, perhelatan itu hanya berjalan sebentar, sebab anak -- anak muda buta sejarah. 

Mereka mingkem soal itu, buktinya,8 tahun setelah perhelatan tersebut , dalam festival pesona moyo beberapa bulan lalu, nilai -- nilai religiusitas yang di bangun di dalam adat dan mendarah daging itu sempat di obok -- obok , di hinakan. Beberapa anak muda berjalan lenggok dengan pakaian seksi di dalam istana, menginjak harkat samawi di tanah samawa, sumbawa dan istana kosong nilai -- nilai , iya butuh perhatian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun