Dari Barak Militer ke Tenda Banjir: Cerita Tak Terlupakan KMD Pramuka NasionalÂ
Tahun ini, Gerakan Pramuka merayakan ulang tahun ke-64. Di tengah perayaan ini, ingatan saya kembali pada sebuah pengalaman berharga yang mengubah cara pandang saya tentang persaudaraan, kedisiplinan, dan kesiapan hidup: Kursus Mahir Dasar (KMD) Pramuka Tingkat Nasional, 26 Oktober–1 November 2014, di Secapa AD Bandung.
Kini, genap sudah 11 tahun berlalu sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di lingkungan militer yang tegas itu. Dari barak yang dingin, olahraga subuh bersama, makan berkelompok, hingga malam hujan deras yang membanjiri tenda di Cikole, semuanya menjadi pelajaran hidup yang tak lekang dimakan waktu.
Saya mencoba mengenang kembali dengan mencari dokumen dan foto-foto yang tersisa. Saya membongkar isi file di komputer dan laptop lama, hingga akhirnya menemukannya di sudut folder hard disk eksternal. Gambarnya memang buram, diambil dengan kamera HP seadanya pada masa itu. Tapi justru di situlah letak nilainya, otentik. Setiap pikselnya menyimpan cerita, setiap blur-nya menyembunyikan tawa, peluh, dan rasa lelah yang saat itu terasa manis untuk dikenang.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Direktorat Pembinaan SMA, bekerja sama dengan Gerakan Pramuka. Peserta datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk saya yang berangkat dari Lampung, membawa semangat, namun juga rasa gugup karena tidak mengenal siapa pun sebelumnya.
Hari-Hari di Barak Militer
Kami tidur di barak panjang berderet dengan loker-loker rapi. Suasana disiplin terasa sejak langkah pertama. Pagi-pagi sekali, suara terompet membangunkan kami untuk olahraga lari pagi, push-up, hingga senam kebugaran. Peluh bercucuran, tapi semangat tak pernah surut.
Makan pun dilakukan berkelompok, duduk rapi di meja panjang. Menu sederhana terasa begitu nikmat karena disantap bersama. Dari sinilah canda tawa mulai mencairkan rasa canggung, mengubah orang-orang asing menjadi kawan seperjuangan.