Suatu waktu terjebak suasana sangat tidak mengenakan. Saat mengantri beli makanan. Banyak yang sedang antri bukan hanya orang dewasa tapi ada anak-anak juga. Iya, ini tempat jual makanan lho bukan bengkel atau di jalan. Nah, fokus saya pecah saat ada perokok aktif sambil mengambil makanan yang tersaji. Di situ mulai muncul pertanyaan sederhana, mengapa putung rokoknya tidak ditaruh dulu atau dimatikan?Padahal di bawahnya banyak makanan.Â
Tampak cuek dan terus memilih makanannya, asap rokok pun mengepul. Mau tak mau, orang yang antri pun menghirup udara kotor itu. Adilkah?Etiskah?Pertanyaan sederhana tapi bisa jadi pertanyaan reflektif bagi perokok. Begitu egonya, saat ia pun lapar, ikut mengantri, tapi tetap menikmati rokok. Bisa saja ia berdalih. " ini kan hak saya untuk merokok". Sampai di sini, tentu tidak selesai, Â Muncul pertanyaan panjang dan jawabannya pun bisa merembet ke maan-mana.
Bisa ke regulasi, dampak kesehatan, dan etika pergaulan. Perokok aktif seharusnya punya atitude juga. Bukan mentang-mentang hak, kemudian tanpa sadar melindas hak orang lain untuk menghirup udara bersih. Ini jadi kenyataan yang sampai saat ini ada. Â Menjadi perokok dan bukan perokok itu sebuah pilihan. Jika merokok itu sebagai kenikmatan, maka orang tersebut akan mati-matian bisa merokok. Tapi jika ia menyadari bahwa merokok itu merusak kesehatan dan berdampak bagi sisi ekonomi juga, tentu dia akan memilih tidak merokok.
Sekarang, menyandingkan dengan perokok yang tetap cuek saat antri makanan merupakan tindakan yang bisa direfleksikan sebagai apatisme. Kondisi di mana seseorang tak mau tahu situasi dan dengan siapa ia ada, tapi tetap merokok. Toh , sebentar, toh hanya sedikit asapnya, toh tidak ada yang batuk-batuk, dan sebagaianya. Pemikiran egois semacam itu sangat tidak relevan dengan hak nyaman dan sehat yang didambakan orang yang tidak merokok. Apapun alasannya, merokok di depan orang banyak itu, mestinya dipikir ulang.Â
Apalagi merokok di dekat makanan, nanti ada racun yang jatuh menempel makanan. Makanannya dimakan orang masuklah racun ke tubuh orang tersebut. Ini baru di makanan. Belum lagi jika perokok aktif ada di samping bayi. Tak jarang ditemu orang merokok sambil momong bayi. Dengan santainya menyedot putung rokok dengan tangan lain menggendong bayinya. Ini pemandangan yang jamak terjadi di masyarakat kita. Ada yang berpandangan bahwa sambil merokok, pekerjaan bisa diselesaikan. Tapi apakah efektif dan menyehatkan?Orang kerja sambil merokok apakah 100 persen fokus dengan pekerjaannya?Bahkan juga ada yang sedang ngobrol dengan seseorang tapi juga disambi merokok. Etiskah?Sehatkah?Kembali ini jadi bahan refleksi bersama.Â
Di beberap ruang publik, sudah disediakan ruang khusus perokok. Ruang itu sebagai "kuburan" bagi perokok. Artinya di situ, sebenarnya para perokok bisa menunaikan haknya. Silakan dihirup sendiri dinikmati sendiri. Perlu diingat, bahwa orang yang tidak merokok juga punya hak untuk hidup sehat dan nyaman tanpa asap rokok.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI