Ketika Ukuran Kasur Membesar, tapi Ruang Hati Menciut
Selamat datang di babak lanjut pernikahan:
Kasur sudah king size, AC sudah dingin, sprei sudah 800 thread count, bantalnya empuk dan jumlahnya banyak. Tapi yang tidur di atasnya?
Dua orang yang saling membelakangi, diam, dan sibuk menyusun argumen dalam hati.
Bukan karena sudah tak cinta.
Tapi karena ada emosi tak selesai dan kata-kata yang disimpan rapat, sejak rebutan remote semalam.
Semakin Besar Kasur, Semakin Luas Jarak
Dulu, saat masih tidur di kasur sempit kontrakan, kalian saling rebutan selimut sambil tertawa.
Sekarang, dengan kasur selebar lapangan bulu tangkis, kalian justru saling jaga wilayah seperti dua negara dengan konflik diplomatik.
Ada garis demarkasi imajiner di tengah ranjang.
Kalau kaki menyentuh sedikit saja, langsung ditarik dengan suara gesekan sprei penuh dendam.
Bertengkar Karena Hal Kecil, Diam Karena Gengsi Besar
Masalahnya sepele:
Tempat odol dipencet dari tengah,
Wastafel penuh rambut,
Roti sisa gak ditutup rapat, dan
Lupa balas chat siang tadi.
Tapi efeknya seperti domino.
Malam itu sunyi.
Bukan sunyi romantis. Tapi sunyi yang berisi nada sindiran tak terucap.