Mohon tunggu...
Tubagus Encep
Tubagus Encep Mohon Tunggu... profesional -

Asal Pandeglang, Kakek 1 Cucu, belajar mengajar di madrasah dan ingin terus belajar............E-mail: tebe.ncep@gmail.com, Twitter: @TebeNcep IG: tubagusencep

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Secangkir Kopi Persahabatan

24 Mei 2015   21:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto suasana kedai Kopi Bentara Budaya Palmerah (foto diculik dari Fawwaz Ibrahim)

Foto suasana kedai Kopi Bentara Budaya Palmerah (foto diculik dari Fawwaz Ibrahim)

Tiba di Bentara Budaya Palmerah, saya dikejutkan dengan pelukan keras seorang kompasianer dari arah belakang, sejenak terkaget saya menengok ke belakang dan hampir saja saya pingsan karena makhluk besar yang memeluk saya tersebut ternyata begitu saya hafal wajahnya walau baru sebatas di media sosial.

Seraut wajah ganteng berkacamata dan berpeci mirip Soekarno ada di depan saya, sambil tertawa lebar ia menyapa dengan suara keras ala Indonesia timur : "Hai...adik...apa khabar?". Mirip orang yang baru bangun tidur dan kesadaran masih belum sepenuhnya saya raih karena kaget bisa bertemu dengannya, saya menjawab tergagap-gagap: "Ba..baik bang....!".

Saya peluk ulang makhluk besar tersebut dengan menguncang tubuhnya, sementara di sudut lain tampak Gapey Sandi mengabadikan pelukan kami dengan kamera besarnya. Mata saya sempet melirik ke arah pintu pagar Bentara Budaya, ada Thamrin Sonata beserta mantan polisi RI Thamrin Dahlan yang tengah diskusi dan terhentikan oleh ulah kami berdua.

Makhluk besar berpeci tersebut langsung menarik saya ke arah dalam Bentara Budaya, "Kita ngobrol dan ngopi di dalam dik..., sekaliar ngobrol menunggu pemberangkatan!" dengan masih bersuara keras ia mengajak saya ngopi, tangan kanannya memberi isyarat pada Gaper R Fadli, pak Thamrin Dahlan serta editor kawakan Thamrin Sonata.

Berempat kami duduk, dan makhluk besar itu berteriak dengan cueknya ke arah kedai kopi: "Kisanak, beri kami lima cangkir kopi, yang paling enak. Jangan pake lama ya..!

Berlima memang kami tengah menunggu pemberangkatan bis menuju pabrik dan kebun kopi milik PT. Nestle Lampung. Keberuntungan rupanya datang pada kami berempat, karena tulisan kami Ini Bukan Sekedar Kopi, Bung"  milik Pak Thamrin Dahlan, Secangkir Kopi Sebagian Iman Seniman milik bang Thamrin Sonata, Ada Esa Eka Diantara Seduhan Kopi milik Gapey Sandi serta tulisan saya Saya Antara Kopi, Gula Merah dan Pesantren dan tulisan makhluk besar Secangkir Kopi dan Spirit Akademik diloloskan admin dan akhirnya mempertemukan kami berempat di kedai kopi Bentara Budaya Palmerah.

Sambil mengopi kami terlibat obrolan seru, tentu saja dominasi obrolan ada pada makhluk tinggi besar tersebut. Karena kami bertiga, Tubagus Encep, Duo Thamrin dan Gapey Sandi sudah sering bertemu di acara-acara nangkring kompasiana, sementara makhluk tinggi besar dari tanah Makasar tersebut baru sempat kami temui saat ini. Dan tulisan Kopi rupanya telah mempertemukan kami.

Keasyikan kemi berempat menyeruput kopi akhirnya terhentikan saat admin Ela memanggil sepuluh peserta #CeritamudibalikSecangkirKopi untuk bersiap naik ke bus dan segera berangkat menuju kota kopi Lampung.

Saking senangnya bertemu makhluk besar berpeci dan berkacamata, saya agak gegabah ketika kaki menaiki pintu bis dan gudubrag terpeleset jatuh di pintu bis.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun