Mohon tunggu...
Triyono Abdul Gani
Triyono Abdul Gani Mohon Tunggu... Bankir - Direktur Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan

Deadly combination dari Jawa dan Sunda

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pengalaman Nonton Film "Bukaan Delapan"

5 Januari 2018   15:01 Diperbarui: 5 Januari 2018   15:09 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saat ini perfilman Indonesia sudah sangat maju. Baru-baru ini ada sebuah film horor yang telah ditonton oleh lebih dari dua juta orang. Angka ini merupakan capaian luar biasa untuk film Indonesia dan akan mendorong produsen film Indonesia lainnya untuk lebih berkarya. 

Walaupun saya tidak sering menonton film di bioskop, tapi sempat juga menonton film di berbagai kesempatan, salah satunya adalah di penerbangan pesawat. Sebagai bangsa yang bangga dengan maskapai nasional, maka sangat klop apabila menonton hiburan film nasional. 

Salah satu film yang saya tonton berjudul Bukaan Delapan. Dari judulnya kita tahu bahwa film ini menceritakan proses persalinan seorang Ibu. Dan jujur saja pada saat melihat film itu terbayang perjuangan ibunda kita pada saat melahirkan kita. Betapa berat dan benar-benar pertarungan antara hidup dan mati. 

Dengan mengamati proses itu tergambar betapa mulianya seorang Ibu. Itu sebagian kecil dari perjuangan Ibu yang kemudian membesarkan kita setelah lahir ke dunia ini. Sekali lagi, tidak diragukan lagi bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. 

Tulisan ini juga dibuat berdekatan dengan hari Ibu tanggal 22 Desember. Lengkaplah sudah gambaran dan penghargaan kepada seorang Ibu. Orang yang paling kita muliakan tiga kali lipat dari seorang ayah, sesuai tuntunan Rasulullah SAW. 

Film Bukaan Delapan membuka mata kita bahwa ternyata perjuangan seorang ayah juga luar biasa. Ibunda yang sedang menghadapi persalinan bernama Mia, sangat didukung oleh suami nya yang bernama Alam. 

Alam sebagai seorang penulis yang tidak memiliki pendapatan tetap, harus berjuang keras untuk dapat memberikan rasa nyaman kepada sang istri. Perjuangan yang demikian berat dan beban itu dipikul sendiri walaupun akhirnya terkuak juga kesulitan yang dia hadapi. 

Perjuangan Alam sebagai seorang ayah juga sangat berat. Dimaki, diancam dibunuh, dipukuli, diredahkan martabatnya, diusir dari masjid dan sebagainya. Tergambar betapa berat perjuangan sang ayah. 

Saya kira fenomena Alam ini merupakan pencerminan pergulatan sehari-hari dari seorang ayah dalam menghidupi keluarganya. Tidak perlu diragukan juga. Kegiatan pencarian rizki yang halal ini tidak akan mudah. Banyak jalan berliku, menanjak, menurun, licin, berbatu. Tapi sang ayah tidak akan gentar demi keluarganya. 

Tulisan ini tidak bermaksud membandingkan antara jasa ibu dan ayah. Tapi pesan nya adalah bahwa kedua orang tua kita memang harus dimuliakan. Karena mereka telah berjuang menghidupi kita dalam jalur masing-masing. 

Marilah kita mendoakan kedua orang tua kita agar diampuni segala dosanya dan selalu diberikan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Aamiin yaa Robbal'alamin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun