Apakah hidup ini hanya tentang kegiatan rutinitas, atau tentang kesempatan untuk merenung akan makna hidup yang Tuhan titipkan?
Berulang kali pertanyaan itu masih terngiang. Ketika Stroke ringan menjadi titik balik Kehidupan.
Menikmati  dengan berbagai kegiatan
Dimata teman-teman dan anak-anak , saya biasanya menikmati hidup dengan ceria mengisi kegiatan dengan menulis, menanam hidroponik, merawat tanaman hias, ikan hias dan lain-lain
Bulan April 2018, sekitar pukul 11.00 siang, saya sedang mengajar kelas 5 SD di lantai 3 sebuah gedung sekolah. Hari itu seperti biasa penuh keceriaan anak-anak dan rutinitas mengajar. Tetapi , tiba-tiba tubuh saya terasa tidak nyaman. Anak-anak  di kelas penuh tanda tanya dan saling memandang dengan cemas; wajah saya tampaknya pucat pasi. Dengan langkah tertatih, saya berjalan keluar kelas, berusaha mencari pertolongan.
Anak saya kebetulan berada di satu lantai, meskipun beda gedung. Saya meminta bantuannya untuk menyampaikan kondisi saya kepada Ibu Mary, Pengurus Yayasan, dan segera menghubungi istri saya yang sedang  mengajar TK  di lantai 1. Kami sepakat segera menuju rumah sakit.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, tubuh saya semakin lemas. Sesampainya di rumah sakit, Hasil diagnosa CT Scan dokter menyatakan bahwa  saya mengalami stroke ringan. Saya begitu kaget, dunia seolah berhenti. Banyak pikiran berkecamuk. "Apakah ini akhir dari pelayanan saya?", " Masihkah saya dapat mendampingi siswa SMA dalam kegiatan Live In minggu depan di Gunung Wilis, Tulungagung ?"  "Bagaimana dengan dua anak saya yang kami tinggalkan di Mess sekolah?"
Namun di tengah kecemasan itu, saya bersyukur bahwa seluruh pekerjaan soal-soal ujian sudah saya selesaikan. Setidaknya, saya tidak meninggalkan beban tanggung jawab yang menggantung.
Saya dirawat dari Senin hingga Kamis. Hari Jumat, dokter mengizinkan saya pulang dan memberikan obat-obatan. Anehnya, justru pada minggu itu juga, saya tetap dapat mengikuti perjalanan ke Jawa Timur dan ke Bandung, seperti yang sudah dijadwalkan.