Mohon tunggu...
Tri Wibowo Cahyadien
Tri Wibowo Cahyadien Mohon Tunggu... Guru - Guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Minat dalam bidang sosial, sejarah, politik, psikologi, pendidikan, pemerintahan dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memelihara Pikiran Sehat di Tengah Corona

19 Maret 2020   21:49 Diperbarui: 19 Maret 2020   21:53 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah halaman berita online, diberitakan bahwa positif COVID -19 sebanyak 309 kasus dan 25 dinyatakan telah meninggal dunia. Dari beberapa kasus tersebut, beberapa dapat dinyatakan pulih kembali (sumber). 

Menarik untuk disimak adalah pernyataan salah satu pasien COVID -19 yang berhasil sembuh yakni tentang pentingnya berpikir positif atau kesehatan psikis dalam menghadapi kondisi saat ini. Karena dengan berpikir positif akan meningkatkan imun tubuh kita secara otomatis. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba merangkum beberapa hal positif yang dapat diambil dari adanya COVID -- 19 ini.

Pertama, tentang penyadaran kepada tiap manusia bahwa kehidupan ini memiliki batasan, yaitu kematian. Dan sebaik -- baiknya nasehat adalah kematian. 

Dengan adanya Covid -19 ini, sejujurnya manusia sedang ditegur oleh Allah SWT untuk dapat menselaraskan antara kebutuhan jasmaniah dan kehidupan rohaniah. Singkatnya, Allah mengingatkan kepada kita untuk memulai memperbaiki cara beribadah kepada-Nya sebagai bekal kehidupan setelah kehidupan dunia.

Kedua, kondisi seperti saat ini, memberikan kita hikmah untuk harus bersyukur. Bersyukur masih diberikan kesehatan. Bersyukur masih memiliki kepekaan sosial. Bersyukur berada di dalam lingkungan yang membentuk kita menjadi pribadi -- pribadi yang baik hingga mencapai di titik kehidupan saat ini.

Ketiga, meningkatnya rasa kesadaran akan kebersihan diri. Menjadi lebih care dan aware terhadap kondisi diri tentunya jarang atau bahkan tidak kita sadari jika tidak mengalami kondisi seperti saat ini.

Keempat, bagi pembaca yang saat ini sedang Work From Home (WFH), patut bersyukur. Jika disadari kita sedang di "setting" untuk mendekat kembali kepada anggota keluarga kita. Anggota keluarga yang selama ini minim percakapan, minim interaksi dan hanya bertemu sesekali karena kesibukan satu sama lain. 

Akhirnya kita dipaksa untuk berada dalam satu tempat yang bernama rumah. Dan kita diingatkan tentang tempat terbaik untuk kembali adalah rumah/ keluarga.  Bukan hanya WFH, namun Study From Home bagi anak -- anak kita merupakan momen terbaik pula untuk mendekatkan interaksi dalam keluarga antar orangtua dengan anaknya.

Bagi rekan pembaca yang masih bekerja, menjalani mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya, tentunya Allah SWT sudah memperhitungkan segala apa yang sedang dikerjakan oleh tiap hambanya. Semoga langkahnya menjadi ibadah dan memberikan keberkahan rezeki berupa kesehatan dan kecukupan.

Kelima, tentang membangun kembali kepekaan sosial. Kondisi saat ini, tentunya menjadi nasehat agar menjadi lebih peka pada kehidupan sosial. Kepekaan itu kini dapat ditunjukkan berupa penggalangan dana, CSR perusahaan atau setidaknya bentuk rasa menahan diri dari kepanikan yang berujung pada memborong alat kesehatan atau kebutuhan pokok. 

Kepekaan sosial juga dapat dilakukan dengan melakukan pembelian kepada saudara kita yang hidupnya ditopang pada pendapatan harian. Tidak ada salahnya kita membeli dagangan -- dagangannya dan setelahnya tetap menjaga kesehatan diri. Karena bagi saudara kita yang berpenghasilan harian, bukanlah perkara yang mudah untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun